Google

8.13.2006

Bab 11 - Hak Istimewa Orang Kristen

Bab 11

Hak Istimewa Orang Kristen

Banyak yang dengan sungguh-sungguh mencari kesucian hati dan kemurnian hidup kelihatan dibingungkan dan tawar hati. Mereka terus-menerus melihat kepada diri mereka sendiri, dan menyesali kurangnya iman mereka; dan karena mereka tidak memiliki iman, mereka merasa bahwa mereka tidak dapat menuntut berkat dari Allah. Orang-orang ini memiliki perasaan yang salah untuk iman. Mereka melihat di atas kesederhanaan iman yang benar, dan kemudian membawa kegelapan besar ke atas jiwa mereka. Mereka harus mengalihkan pikiran mereka dari diri, untuk memandang kepada kemurahan dan kebaikan Allah dan kembali mengingat janji-janji-Nya, dan kemudian percaya bahwa Dia akan memenuhi janji-Nya. Kita bukan percaya di dalam iman, tetapi di dalam janji-janji Allah. Ketika kita bertobat dari pelanggaran-pelanggaran masa lalu kita terhadap hukum-Nya, dan menetapkan hati untuk menghidupkan penurutan di masa depan, kita harus percaya bahwa TUHAN demi Kristus menerima kita, dan mengampuni dosa-dosa kita.

Kegelapan dan keputusasaan kadang kala akan datang ke atas jiwa dan mengancam untuk menguasai kita, tetapi kita tidak boleh goyah dari keyakinan kita. Kita harus tetap memandang pada Yesus, dengan perasaan atau tanpa perasaan. Kita harus berusaha dengan setia melakukan setiap tugas yang kita ketahui, dan kemudian dengan tenang berhenti dalam janji-janji TUHAN.

Kehidupan Iman

Berkali-kali sebuah perasaan yang dalam dari ketidaklayakan kita akan mengirimkan ketakutan kepada jiwa, tetapi ini bukanlah bukti bahwa Allah telah berubah terhadap kita, atau kita terhadap Allah. Tidak ada usaha yang harus dilakukan untuk mengekang pikiran kepada satu perasaan. Kita boleh tidak merasakan damai dan sukacita pada hari ini seperti yang kita rasakan kemarin; tetapi oleh iman kita harus menggenggam tangan Kristus, dan percaya kepada-Nya sepenuhnya sama seperti di dalam kegelapan atau di dalam terang.

Setan boleh berbisik, “Engkau terlalu berdosa bagi Kristus untuk diselamatkan.” Sementara engkau menyadari bahwa memang engkau berdosa dan tidak layak, engkau mungkin saja menghadapi pencobaan itu dengan teriakan, “Oleh jasa penebusan, aku menyatakan Kristus sebagai Juruselamatku. Aku tidak percaya pada jasa-jasaku, tetapi kepada darah Yesus yang mulia, yang menyucikanku. Saat ini aku menggantungkan jiwaku yang tidak berdaya pada Kristus.” Kehidupan orang Kristen haruslah terus-menerus merupakan sebuah kehidupan dari iman yang hidup. Percaya yang tidak menyerah, kebergantungan yang teguh pada Kristus, akan membawa damai dan kepastian kepada jiwa.

Melawan Pencobaan

Janganlah putus asa karena hatimu kelihatan keras. Setiap rintangan, setiap musuh dalam diri, hanya menambah kebutuhanmu akan Kristus. Dia datang untuk mengambil hati yang membatu, dan memberikanmu hati yang lembut. Pandanglah pada-Nya untuk karunia yang istimewa untuk mengalahkan kesalahan-kesalahan yang khas pada dirimu. Ketika diserang oleh pencobaan, dengan tabah lawanlah dorongan-dorongan jahat; berkatalah kepada jiwamu, “Bagaimana aku bisa tidak menghormati Penebusku? Aku telah menyerahkan diriku kepada Kristus; aku tidak dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Setan.” Berserulah kepada Juruselamat yang kekasih untuk mendapatkan pertolongan untuk memusnahkan setiap berhala dan menyingkirkan setiap dosa kesayangan. Biarlah mata iman itu memandang Yesus berdiri di hadapan takhta Bapa, menunjukkan tangan-tangannya yang terluka ketika Dia membelamu. Percayalah kekuatan itu datang kepadamu melalui Juruselamatmu yang agung.

Memandang Dengan Mata Iman

Dengan iman lihatlah mahkota-mahkota yang disediakan bagi semua yang menang; dengarkanlah lagu yang gembira dari orang-orang yang ditebus, “Layak, layaklah Anak Domba yang tersembelih dan telah menebus kita bagi Allah!” Berusaha keraslah untuk menganggap bahwa pemandangan ini adalah nyata. Stefanus, orang Kristen pertama yang menjadi martir, dalam pertentangannya yang luar biasa dengan raja-raja dan penguasa-penguasa dan kejahatan rohani, di tempat yang tinggi berseru, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah 7:56). Juruselamat dunia dinyatakan kepadanya sedang melihat ke bawah dari surga kepadanya dengan perhatian yang mendalam, dan sinar kemuliaan wajah Kristus bercahaya ke atas Stefanus dengan kecerahan sehingga bahkan musuh-musuhnya melihat wajahnya bersinar seperti wajah seorang malaikat.

Jika kita mau mengizinkan pikiran kita untuk tetap berada pada Kristus dan surga, kita akan menemukan sebuah dorongan yang sangat kuat dan dukungan dalam berperang dalam pertempuran Allah. Kesombongan dan cinta dunia akan kehilangan kuasa mereka ketika kita merenungkan kemuliaan tanah yang lebih baik itu yang akan segera menjadi rumah kita. Di samping keindahan Kristus, semua daya tarik dunia akan kelihatan tidak berharga.

Janganlah ada seorangpun membayangkan bahwa tanpa usaha yang sungguh-sungguh pada pihak mereka mereka bisa mendapatkan kepastian dari kasih Allah. Ketika pikiran telah begitu lama diizinkan untuk hanya memikirkan hal-hal duniawi, merupakan hal yang sulit untuk mengubah kebiasaan pikiran itu. Apa yang dilihat mata dan didengar telinga, terlalu sering menarik perhatian dan menyerap perhatian. Tetapi jika kita mau memasuki kota Allah, dan memandang Yesus dan kemuliaan-Nya, kita harus membiasakan diri memandang-Nya dengan mata iman di sini. Kata-kata dan tabiat Kristus harus sering menjadi pokok pemikiran dan pembicaraan kita, dan setiap hari kita harus menyediakan waktu istimewa untuk mendoakan dan merenungkan tema yang suci ini.

Membungkamkan Roh Kudus

Penyucian adalah pekerjaan setiap hari. Biarlah tidak seorangpun yang menipu dirinya sendiri dengan kepercayaan bahwa Allah akan memaafkan dan memberkati mereka sementara mereka menginjak-injak salah satu tuntutan-Nya. Perbuatan yang disengaja dari sebuah dosa yang telah diketahui membungkamkan suara kesaksian dari Roh Kudus dan memisahkan jiwa dari Allah. Apapun yang boleh menjadi kegembiraan perasaan relijius, Yesus tidak dapat tinggal di dalam hati yang tidak menghormati hukum ilahi itu. TUHAN akan menghormati hanya orang-orang yang menghormati Dia.

“Kamu adalah hamba orang… yang harus kamu taati” (Roma 6:16). Jika kita menuruti kemarahan, hawa nafsu, ketamakan, kebencian, mementingkan diri, atau dosa-dosa yang lain, kita menjadi hamba-hamba dosa. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Matius 6:24). Jika kita melayani dosa, kita tidak dapat melayani Kristus. Orang Kristen akan merasakan dorongan-dorongan dosa, karena keinginan daging berlawanan dengan Roh; tetapi Roh berjuang melawan daging, peperangan yang terus-menerus. Di sinilah pertolongan Kristus dibutuhkan. Kelemahan manusia dipersatukan dengan kekuatan ilahi, dan iman berseru, “Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, TUHAN kita” (1 Korintus 15:17).

Memperbaiki Kebiasaan Beragama

Jika kita hendak mengembangkan sebuah tabiat yang dapat diterima Allah, kita harus membentuk kebiasaan yang benar di dalam kehidupan beragama kita. Berdoa setiap hari adalah penting untuk pertumbuhan dalam kasih karunia, dan bahkan untuk kehidupan rohani itu sendiri, seperti makanan sementara untuk kesehatan jasmani. Kita harus membiasakan diri kita untuk sering mengangkat pikiran kepada Allah di dalam doa. Jika pikiran mengembara, kita harus membawanya kembali; dengan usaha yang keras, kebiasaan akhirnya akan membuatnya mudah. Kita tidak dapat untuk sesaatpun memisahkan diri kita dari Kristus dengan selamat. Kita boleh merasakan kehadiran-Nya pada setiap langkah, tetapi hanya dengan memelihara syarat-syarat yang telah Dia tetapkan sendiri.

Agama harus menjadi urusan yang besar dalam hidup. Segala sesuatu yang lain harus dipandang lebih rendah dari ini. Segenap kekuatan kita, dari jiwa, tubuh, dan roh, harus diikutsertakan di dalam peperangan Kristen. Kita harus memandang kepada Kristus untuk mendapat kekuatan dan berkat, dan kita akan memperoleh kemenangan sama pastinya dengan Yesus telah mati untuk kita.

Nilai dari Jiwa

Kita harus datang lebih dekat kepada salib Kristus. Menyesal di kaki salib adalah pelajaran pertama dari damai yang harus kita pelajari. Kasih Kristus—siapa yang dapat memahaminya?—sangat jauh lebih mesra dan menyangkal diri dari pada kasih seorang ibu! Jika kita mau mengetahui nilai dari jiwa seorang manusia, kita harus memandang di dalam iman yang hidup ke atas salib, dan mulai mempelajari apa yang akan menjadi ilmu pengetahuan dan nyanyian dari orang-orang yang ditebus sepanjang masa kekekalan. Nilai dari waktu kita dan talenta kita dapat dihargai hanya oleh besarnya tebusan yang dibayar untuk penebusan kita. Betapa rasa tidak berterimakasih yang kita wujudkan terhadap Allah ketika kita merampok Dia dari milik-Nya sendiri dengan menahan dari-Nya kasih sayang dan pelayanan kita! Apakah terlalu banyak untuk memberikan diri kita sendiri kepada-Nya yang telah mengorbankan segalanya untuk kita? Dapatkah kita memilih persahabatan dari dunia lebih dari pada kehormatan kekal yang Kristus tawarkan—“akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya” (Wahyu 3:21)?

Sebuah Pekerjaan Yang Bergerak Maju

Penyucian adalah sebuah pekerjaan yang bergerak maju. Langkah-langkah berurutan diletakkan di depan kita dalam kitab Petrus: “Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, TUHAN kita” (2 Petrus 1:5-8). “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya pilihan dan panggilanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan TUHAN dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (ayat 10,11).

Inilah jalan di mana kita boleh dipastikan tidak akan pernah jatuh. Orang-orang yang mau menjalankan rencana tambahan itu dalam memperoleh berkat-berkat Kristen memiliki kepastian bahwa Allah akan menjalankan rencana berkelimpahan dalam memberikan kepada mereka karunia-karunia dari Roh-Nya. Petrus mengatakan kepada orang-orang yang memperoleh iman yang mulia: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, TUHAN kita” (ayat 2). Dengan karunia ilahi, semua orang yang mau boleh mendaki tangga bersinar dari bumi ke surga, dan akhirnya, “dengan bersorak-sorai” dan “sukacita abadi” (Yesaya 35:10) masuk melalui gerbang-gerbang ke dalam kota Allah.

Juruselamat kita menyatakan semuanya untuk kita; Dia menuntut kita akan pemikiran-pemikiran yang paling suci, kasih sayang kita yang paling tulus dan paling besar. Jika kita memang merupakan para pengambil bagian dari sifat ilahi, puji-pujian kita kepada-Nya akan tidak berkeputusan di dalam hati dan pada bibir kita. Keselamatan kita hanyalah menyerahkan segala sesuatu yang kita miliki kepada-Nya dan terus-menerus bertumbuh di dalam kasih karunia dan dalam pengetahuan akan kebenaran.

Paulus Bersorak akan Kemenangan

Rasul Paulus sangat dihormati Allah, diberikan penglihatan mulia menuju langit ketiga, di mana dia melihat pemandangan yang kemuliaannya tidak diizinkan untuk diungkapkannya. Namun hal ini tidak membuatnya menjadi sombong atau percaya diri. Dia menyadari akan pentingnya terus-menerus berjaga-jaga dan penyangkalan diri, dan dengan jelas menyatakan, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:27).

Paulus menderita demi kebenaran, dan namun kita tidak mendengar keluhan dari bibirnya. Saat dia meninjau kembali akan kehidupannya yang penuh penderitaan, kekhawatiran dan pengorbanan, dia berkata, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18). Sorak kemenangan dari hamba TUHAN yang setia itu mengalir hingga ke zaman kita: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu mahluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus, TUHAN kita” (Roma 8:35-39).

Walaupun Paulus akhirnya dikurung dalam sebuah penjara bangsa Roma—tertutup dari sinar dan udara bebas, terpisah dari pekerjaan mengabarkan injil, dan tidak lama lagi akan dihukum mati—namun dia tidak menyerah kepada keraguan atau kemurungan. Dari ruang bawah tanah yang suram itu muncullah kesaksiannya dalam keadaan sekarat, penuh dengan iman dan keberanian yang luhur yang telah mengilhami hati orang-orang kudus dan para martir selama berabad-abad berikutnya. Kata-katanya dengan cocok menggambarkan hasil dari penyucian yang telah kita berusaha dengan keras untuk pelajari dalam buku ini: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timotius 4:6-8).

8.11.2006

Bab 10 - Tabiat Orang Kristen

Bab 10

Tabiat Orang Kristen

Tabiat orang Kristen dipertunjukkan dalam kehidupannya setiap hari. Kristus berkata, “Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik” (Matius 7:17). Juruselamat kita membandingkan diri-Nya dengan sebuah pokok anggur, yang mana para pengikut-Nya adalah ranting-rantingnya. Dia dengan jelas menyatakan bahwa semua yang mau menjadi murid-Nya harus menghasilkan buah; dan kemudian Dia menunjukkan bagaimana mereka boleh menjadi ranting yang berbuah. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yohanes 15:4).

Rasul Paulus menggambarkan buah yang dihasilkan orang Kristen. Dia berkata bahwa itu adalah “kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9). Dan kembali, “Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22, 23). Berkat-berkat yang mulia ini tidak lain adalah prinsip-prinsip hukum TUHAN yang ditunjukkan di dalam kehidupan.

Hukum Allah adalah satu-satunya standar kesempurnaan moral. Hukum itu secara praktis ditunjukkan dalam kehidupan Kristus. Dia berkata tentang diri-Nya sendiri, “Aku menuruti perintah Bapa-Ku” (Yohanes 15:10). Tidak ada yang kurang dari penurutan ini untuk memenuhi tuntutan-tuntutan firman Allah. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6). Kita tidak dapat membela diri dengan mengatakan bahwa kita tidak mampu melakukan ini, karena kita memiliki jaminan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Korintus 12:9). Ketika kita melihat cermin ilahi itu, hukum TUHAN, kita melihat kebejatan yang sangat dari dosa, dan keadaan kita yang hilang sebagai pelanggar-pelanggar. Tetapi oleh pertobatan dan iman kita dibenarkan di hadapan Allah, dan melalui kasih karunia ilahi dimampukan untuk menghidupkan penurutan atas perintah-perintah-Nya.

Kasih kepada Allah dan Manusia

Orang-orang yang benar-benar mengasihi Allah akan mewujudkan sebuah kerinduan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kehendak-Nya dan melakukannya. Rasul Yohanes berkata, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya” (1 Yohanes 5:3). Anak yang mengasihi orang tuanya akan menunjukkan kasih itu melalui kerelaan menurut; tetapi anak yang mementingkan diri, tidak tahu berterimakasih, berusaha untuk sesedikit mungkin melakukan sesuatu untuk orang tuanya, sementara pada saat yang sama dia malah menginginkan semua keistimewaan yang diberikan kepada anak-anak yang menurut dan setia. Perbedaan yang sama terlihat di antara orang-orang yang mengaku menjadi anak-anak Allah. Banyak yang tahu bahwa mereka adalah sasaran kasih dan pemeliharaan-Nya, dan yang ingin menerima berkat-berkat-Nya, namun tidak suka melakukan kehendak-Nya. Mereka memandang tuntutan-tuntutan TUHAN atas mereka seperti sebuah kendali yang tidak menyenangkan, perintah-perintah-Nya sebagai sebuah kuk yang menyedihkan. Tetapi dia yang benar-benar mencari kesucian hati dan hidup, menyukai hukum Allah, dan hanya bersedih jika ia gagal memenuhi perintah-perintahnya.

Kita diperintahkan untuk mengasihi satu dengan yang lain sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Dia telah mewujudkan kasih-Nya dengan mempersembahkan hidup-Nya untuk menebus kita. Murid yang kekasih itu berkata bahwa kita harus rela mempersembahkan hidup kita demi saudara-saudara ktia. Karena, “setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya” (ayat 1). Jika kita mengasihi Kristus, kita akan mengasihi orang yang menyerupai Dia di dalam kehidupan dan tabiat. Dan bukan hanya itu, tetapi kita akan mengasihi orang-orang yang “tanpa pengharapan” dan “tanpa Allah di dalam dunia” (Efesus 2:12). Adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa sehingga Kristus meninggalkan rumah-Nya di surga dan turun ke dunia untuk menderita dan mati. Untuk inilah Dia bekerja keras, menderita dan berdoa, hingga, disakiti dan ditinggalkan oleh orang-orang yang ingin diselamatkan-Nya, Dia mencurahkan hidupnya di Kalvari.

Meniru Sang Teladan

Banyak bersembunyi dari kehidupan yang dihidupkan oleh Juruselamat. Mereka merasa bahwa menuntut telalu banyak pengorbanan untuk meniru Sang Teladan itu, untuk menghasilkan buah dalam perbuatan-perbuatan baik, dan kemudian dengan sabar menanggung pemangkasan yang TUHAN lakukan agar mereka boleh berbuah lebih banyak lagi. Tetapi ketika orang Kristen menganggap diri mereka hanyalah sebuah perkakas hina di tangan Kristus, dan berusaha keras untuk dengan setia melakukan setiap tugas, bergantung pada pertolongan yang Allah telah janjikan, maka dia akan memikul kuk dari Kristus dan mendapati kuk itu mudah; kemudian dia akan memikul beban Kristus, dan menyatakannya ringan. Dia dapat menatap dengan keberanian dan keyakinan, dan berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari TUHAN” (2 Timotius 1:12).

Jika kita menemukan rintangan-rintangan pada jalan kita, dan dengan penuh iman mengalahkan mereka; jika kita menghadapi perlawanan dan celaan, dan di dalam nama Kristus memperoleh kemenangan; jika kita memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kita di dalam semangat Guru kita—maka, tentu saja, kita mendapatkan sebuah pengetahuan mulia tentang kesetiaan dan kuasa-Nya. Kita tidak lagi bergantung pada pengalaman orang lain, karena kita telah menyaksikannya sendiri. Seperti orang Samaria pada zaman dahulu kala, kita dapat berkata, “Kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yohanes 4:42).

Semakin kita merenungkan tabiat Kristus, dan semakin kita mengalami kuasa-Nya yang menyelamatkan, maka semakin jelas kita menyadari kelemahan dan ketidaksempurnaan kita, dan semakin sungguh-sungguh kita akan memandang Dia sebagai kekuatan dan Penebus kita. Kita tidak memiliki kuasa di dalam diri kita untuk menyucikan kaabah jiwa dari kecemarannya; tetapi ketika kita menyesali dosa-dosa kita terhadap Allah, dan mencari pengampunan melalui jasa-jasa Kristus, Dia akan menanamkan iman yang bekerja oleh kasih dan memurnikan hati. Oleh iman dalam Kristus dan penurutan terhadap hukum Allah kita boleh disucikan, dan memperoleh kecocokan dengan dengan masyarakat malaikat-malaikat suci dan jubah putih penebusan di dalam kerajaan kemuliaan.

Persatuan Dengan Kristus Adalah Hak Istimewa Kita

Itu bukan hanya hak istimewa tetapi tugas dari setiap orang Kristen untuk memelihara persatuan yang erat dengan Kristus dan untuk memiliki pengalaman yang kaya bersama Allah. Maka hidupnya akan berbuah dalam perbuatan-perbuatan baik. Kristus berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak” (Yohanes 15:8). Ketika kita membaca kehidupan orang-orang yang terkenal karena kesalehan mereka, kita sering menganggap pengalaman-pengalaman dan pencapaian-pencapaian mereka sebagai sesuatu yang jauh dari jangkauan kita. Tetapi ini bukanlah alasan. Kristus mati untuk semua; dan kita di jamin dalam firman-Nya bahwa Dia sangat rindu untuk memberikan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang meminta-Nya lebih dari pada orang tua duniawi memberikan pemberian-pemberian yang baik kepada anak-anak mereka. Nabi-nabi dan rasul-rasul itu bukanlah tabiat Kristen yang sempurna oleh sebuah mujizat. Mereka mempergunakan alat-alat yang TUHAN telah tempatkan di dalam jangkauan mereka; dan semua orang yang mau melakukan usaha yang sama akan mendapatkan hasil yang sama.

Doa Paulus untuk Jemaat

Di dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus meletakkan di hadapan mereka “rahasia injil” (Efesus 6:19), “kekayaan Kristus yang tidak terduga” (Efesus 3:8), dan kemudian meyakinkan mereka akan doanya yang sungguh-sungguh untuk kesejahteraan rohani mereka:

“Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima nama-Nya. Aku berdoa, supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu, Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Efesus 3:14-19).

Dia menulis kepada saudara-saudaranya orang Korintus juga, “kepada… mereka yang dikuduskan di dalam Kristus Yesus…: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari TUHAN Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dikaruniakan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan satu karuniapun sementara kamu menantikan pernyataan TUHAN kita Yesus Kristus” (1 Korintus 1:2-7). Kata-kata ini ditujukan bukan hanya kepada jemaat di Korintus tetapi kepada semua umat TUHAN hingga kepada akhir zaman. Setiap orang Kristen boleh menikmati berkat penyucian.

Rasul itu melanjutkan dalam kata-kata ini: “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama TUHAN kita Yesus Kristus, supaya kamu seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (ayat 10). Paulus tidak akan memohon mereka untuk melakukan apa yang mustahil. Persatuan adalah hasil yang pasti dari kesempurnaan orang Kristen.

Di dalam surat kepada orang-orang Kolose juga dinyatakan hak istimewa yang mulia yang diberikan kepada anak-anak Allah. “Karena kami telah mendengar imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,…Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak TUHAN dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu” (Kolose 1:4-11).

Standar Kesucian

Rasul itu sendiri berusaha keras untuk mencapai standar kesucian yang sama yang dia nyatakan di hadapan saudara-saudaranya. Dia menulis kepada orang-orang di Filipi: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, TUHAN-ku, lebih mulia dari pada semuanya…. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya aku beroleh kebangkitan di antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:7-14). Ada perbedaan yang sangat jelas antara bualan, pernyataan yang membenarkan diri dari orang-orang yang mengaku tidak berdosa, dan bahasa yang rendah hati dari rasul itu. Namun adalah kesucian dan kesetiaan dari hidupnya sendiri yang memberikan kuasa yang demikian ke atas nasehatnya untuk saudara-saudaranya.

Kehendak Allah

Paulus tidak ragu untuk menjalankan, pada setiap kesempatan yang sesuai, pentingnya tentang penyucian Alkitab. Dia berkata: “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama TUHAN Yesus. Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tesalonika 4:2,3). “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:12-15).

Dia meminta Titus untuk mengajarkan jemaat itu bahwa sementara mereka harus percaya kepada jasa-jasa Kristus untuk keselamatan, karunia ilahi yang bersemayam di hati mereka akan menuntun kepada perbuatan iman dari semua tugas-tugas kehidupan. “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah-lembut terhadap semua orang… Perkataan ini benar, dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Titus 3:1-8).

Paulus berusaha mengesankan pikiran kita fakta bahwa dasar dari semua pelayanan yang dapat diterima oleh Allah, sebagaimana juga puncak kebaikan-kebaikan orang Kristen, adalah kasih; dan hanya dalam jiwa di mana kasih memerintahlah damai yang berasal dari Allah akan tinggal. “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti TUHAN telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyain rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama TUHAN Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kolose 3:12-17).

8.09.2006

Bab 9 - Yohanes Di Pembuangan

Bab 9

Yohanes di Pembuangan

Keberhasilan yang ajaib yang menyertai pekabaran injil oleh para rasul dan para murid-murid pengerja mereka menambah kebencian dari musuh-musuh Kristus. Mereka membuat setiap usaha untuk menghalangi kemajuannya, dan akhirnya berhasil dalam mendapatkan kekuasaan kekaisaran Roma untuk melawan orang-orang Kristen. Sebuah penyiksaan yang kejam terjadi, di mana banyak dari pengikut-pengikut Kristus dibunuh. Rasul Yohanes sekarang sudah lanjut usia, tetapi dengan semangat yang besar dan keberhasilan dia melanjutkan untuk mengkhotbahkan doktrin Kristus. Dia memiliki sebuah kesaksian yang berkuasa, yang tidak dapat ditentang lawan-lawannya, dan yang sangat memberikan dorongan kepada saudara-saudaranya.

Ketika iman orang-orang Kristen kelihatannya akan goyah di bawah perlawanan yang dahsyat yang terpaksa harus mereka hadapi, rasul itu akan mengulangi, dengan martabat, kuasa, dan kefasihan berbicara, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup—itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus” (1 Yohanes 1:1-3).

Kebencian yang paling sengit dikobarkan terhadap Yohanes karena kesetiaannya yang tidak tergoyahkan terhadap Kristus. Dia adalah murid terakhir yang masih ada yang secara akrab berhubungan dengan Yesus, dan musuh-musuhnya memutuskan bahwa kesaksiannya harus dibungkam. Jika hal ini dapat dilaksanakan, mereka berpikir doktrin tentang Kristus itu tidak akan tersebar; dan jika diperlakukan dengan keras, hal itu mungkin akan segera terlupakan dari dunia ini. Karena itu Yohanes dipanggil ke Roma untuk diadili karena imannya. Doktrin-doktrinnya diputarbalikkan. Saksi-saksi palsu menuduh dia sebagai penghasut, secara terbuka mengajarkan teori-teori yang akan menumbangkan pemerintahan negara itu.

Rasul itu menyatakan imannya dalam cara yang jelas dan meyakinkan, dengan kesederhanaan dan keterusterangan sehingga kata-katanya memiliki pengaruh yang sangat kuat. Para pendengarnya terheran-heran pada kebijaksanaan dan kefasihannya. Tetapi semakin meyakinkan kesaksiannya, semakin dalam kebencian dari orang-orang yang menentang kebenaran. Sang Kaisar dipenuhi kemarahan, dan mengutuk nama TUHAN dan Kristus. Dia tidak dapat menentang pemikiran rasul itu atau mengimbangi kuasa yang menyertai pengungkapan kebenaran itu, dan dia memutuskan untuk membungkam pembelaan orang yang beriman itu.

Saksi Allah Tidak Dapat Dibungkamkan

Di sini kita melihat betapa keras hati yang secara tegar tetap melawan maksud-maksud Allah. Musuh-musuh gereja memutuskan untuk mempertahankan kesombongan dan kekuasaan di hadapan khalayak. Melalui dekrit kaisar, Yohanes dibuang ke pulau Patmos, dihukum, sebagaimana yang dia katakan kepada kita, “oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus” (Wahyu 1:9).

Patmos, adalah sebuah pulau tandus yang berbatu-batu di laut Aegean, telah dipilih oleh pemerintah Roma sebagai sebuah tempat pembuangan para penjahat. Tetapi bagi hamba Allah itu, tempat tinggal yang suram ini terbukti menjadi gerbang surga. Dia terpisah jauh dari kesibukan-kesibukan hidup dan dari pekerjaan sebagai penginjil, tetapi dia tidak terpisah dari kehadiran Allah. Di dalam rumahnya yang terpencil ini dia dapat bergaul dengan Raja segala raja dan mempelajari dengan lebih dekat perwujudan-perwujudan kuasa ilahi di dalam buku alam dan halaman-halaman ilham. Dia senang untuk merenungkan pekerjaan besar dari penciptaan dan memuja kuasa dari Arsitek Ilahi. Dalam tahun-tahun sebelumnya matanya telah bertemu dengan pemandangan bukit-bukit yang ditutupi pepohonan, lembah yang hijau, dataran yang subur; dan di dalam segala keindahan alam dia senang untuk mencari kebijaksanaan dan keterampilan Sang Pencipta. Dia sekarang dikelilingi dengan pemandangan-pemandangan yang bagi kebanyakan orang akan terlihat suram dan tidak menarik. Tetapi bagi Yohanes berlaku sebaliknya. Dia dapat membaca pelajaran yang paling penting di alam bebas, batu-batu karang yang terpencil, misteri-misteri samudera yang sangat dalam, kemuliaan cakrawala. Baginya semua itu memberikan kesan tentang kuasa Allah dan menyatakan kemuliaan-Nya.

Suara Alam

Rasul itu memandang di sekelilingnya pemandangan-pemandangan tentang banjir, yang mengahncurkan bumi karena penduduk-penduduknya melanggar hukum Allah. Batu-batuan, terlempar dari dasar samudera dan dari bumi melalui luapan air yang menerjang, dinyatakan dalam gambaran hidup di dalam pikirannya teror-teror dari pencurahan murka Allah yang dahsyat.

Tetapi sementara semua kesunyian dan ketandusan itu mengelilingi dia, langit biru yang membentang di atas rasul di Patmos yang sunyi itu sama cerah dan indahnya dengan langit yang berada di atas kota Yerusalem yang dikasihinya. Biarlah manusia sesekali melihat kemuliaan langit pada malam hari dan melihat tanda-tanda kuasa pekerjaan Allah di dalam benda-benda langit, dan dia diajarkan sebuah pelajaran tentang kebesaran Sang Pencipta yang sangat berbeda dengan kekecilan dirinya sendiri. Jika dia memiliki kesombongan dan suka mementingkan diri karena harta, atau bakat, atau kecantikan diri, biarlah dia pergi keluar di malam yang indah dan melihat langit yang penuh bintang, dan belajar untuk merendahkan roh kesombongannya di hadiran Oknum Yang Tidak Terbatas itu.

Dalam suara air—yang memanggil dari bagian yang dalam hingga ke bagian yang dalam—nabi itu mendengar suara Sang Pencipta. Lautan, kibasan yang membangkitkan amarah angin yang tidak kenal ampun, baginya menggambarkan kemarahan dari seorang Allah yang terluka. Ombak-ombak yang kuat, di dalam keributannya yang dahsyat dikendalikan di dalam batasan-batasan yang ditunjukkan oleh sebuah tangan yang tidak terlihat, berbicara kepada Yohanes tentang sebuah kuasa yang tidak terbatas yang mengendalikan samudera. Dan di dalam perbedaan dia melihat dan merasakan kebodohan dari manusia-manusia fana yang lemah, yang hanyalah debu, yang memuliakan diri di dalam kebijaksanaan dan kekuatan mereka dan menetapkan hati mereka untuk melawan Penguasa alam semesta, seakan-akan TUHAN adalah mahluk yang sama seperti diri mereka sendiri. Betapa buta dan tidak masuk akal kesombongan manusia! Jam-jam kita yang penuh berkat di dalam sinar matahari dan curah hujan ke atas bumi akan berbuat lebih banyak untuk mengubah wajah alam dari pada yang dapat dicapai manusia dengan segala bualan ilmu pengetahuan dan kerja kerasnya seumur hidup.

Di tengah-tengah pulau tempat tinggalnya, rasul yang dibuang itu membaca perwujudan-perwujudan kuasa ilahi, dan di dalam semua pekerjaan-pekerjaan alam mengadakan persekutuan dengan TUHAN-nya. Jiwa yang dipenuhi kerinduan yang paling dalam untuk mencari TUHAN, doa yang paling sungguh-sungguh, naik ke surga dari Patmos yang berbatu-batu. Ketika Yohanes melihat ke batu-batu itu, dia diingatkan tentang Kristus, batu karang kekuatannya, di mana dia dapat berlindung tanpa rasa takut.

Seorang Pemelihara Sabat

Hari TUHAN disebutkan oleh Yohanes sebagai Sabat, hari di mana Yahweh beristirahat dari pekerjaan besar penciptaan, dan yang Dia berkati dan sucikan karena Dia telah beristirahat pada hari itu. Hari Sabat dipelihara oleh Yohanes di pulau Patmos dengan kekudusan yang sama dengan ketika dia berada di antara umat-umat, dan berkhotbah pada hari itu. Di antara batu-batu tandus yang mengelilinginya, Yohanes diingatkan akan gunung Sinai yang berbatu, dan bagaimana, ketika Allah mengucapkan hukum-Nya kepada umat-Nya di sana, Dia berkata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8).

Anak Allah berbicara kepada Musa dari puncak gunung. Allah membuat batu-batu itu sebagai mezbah-Nya. Kaabah-Nya adalah bukit-bukit abadi itu. Sang Pembuat Undang-Undang Ilahi itu turun ke atas gunung yang berbatu-batu itu untuk mengucapkan hukum-Nya dalam pendengaran semua umat-Nya, sehingga mereka dapat dikesankan oleh kemegahan dan pertunjukkan yang dahsyat dari kuasa dan kemuliaan-Nya, dan takut untuk melanggar perintah-perintah-Nya. TUHAN mengucapkan hukumnya di tengah-tengah guntur dan kilat dan awan tebal yang menutupi puncak gunung itu, dan suaranya adalah suara sebuah terompet yang luar biasa kerasnya. Hukum Yehovah tidak dapat diubah, dan loh batu di mana Dia menuliskan hukum itu adalah batu yang keras, menandakan keabadian perintah-perintahnya. Sinai yang berbatu menjadi sebuah tempat suci bagi semua orang yang mengasihi dan mematuhi hukum Allah.

Terkurung Bersama Allah

Ketika Yohanes sedang merenungkan pemandangan di Sinai, Roh dari Dia yang menyucikan hari ketujuh turun ke atasnya. Dia merenungkan dosa Adam dalam melanggar hukum ilahi, dan hasil yang mengerikan dari pelanggaran itu. Kasih Allah yang tidak terbatas, dalam memberikan Anak-Nya untuk menebus ras yang telah hilang itu, kelihatannya terlalu besar untuk diungkapkan melalui kata-kata. Sebagaimana dia menyatakannya di dalam suratnya dia memanggil gereja dan dunia untuk memandangnya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal dia” (1 Yohanes 3:1). Adalah misteri bagi Yohanes bahwa Allah dapat memberikan Anak-Nya untuk mati bagi manusia yang memberontak. Dan dia tenggelam di dalam ketakjuban terhadap rencana keselamatan, memikirkan betapa besar harga yang harus dibayar Surga, harus ditolak oleh orang-orang yang untuk siapa pengorbanan yang tidak terbatas itu telah dibuat.

Yohanes terkurung bersama Allah. Ketika dia mempelajari lebih banyak tentang tabiat ilahi melalui pekerjaan penciptaan, pemujaannya terhadap Allah bertambah. Dia sering menanyakan dirinya sendiri, mengapa manusia, yang sepenuhnya bergantung kepada Allah, tidak berusaha berdamai dengan-Nya melalui kerelaan penurutan? Dia tidak terbatas di dalam kebijaksanaan, dan tidak ada batasan bagi kuasa-Nya. Dia menguasai langit dengan dunia-dunianya yang tidak terhitung. Dia memelihara di dalam keselarasan kemegahan dan keindahan benda-benda yang telah diciptakan-Nya. Dosa adalah pelanggaran akan hukum Allah, dan akibat dosa adalah maut. Tidak akan pernah ada perpecahan di surga atau dunia jika dosa tidak pernah hadir. Ketidakpatuhan terhadap hukum Allah telah membawa segala penderitaan yang telah hadir di tengah-tengah ciptaanya. Mengapa manusia tidak mau berdamai dengan Allah?

Bukanlah hal yang sepele untuk berdosa melawan Allah, untuk mempertahankan kehendak manusia yang suka melawan dalam penentangannya terhadap kehendak Penciptanya. Adalah demi kepentingan terbaik manusia, bahkan di dunia ini, untuk mematuhi perintah-perintah Allah. Dan tentunya adalah demi kepentingan abadi mereka untuk tunduk kepada Allah, dan berdamai dengan-Nya. Hewan-hewan liar di padang belantara mematuhi hukum Pencipta mereka di dalam insting yang memerintah mereka. Dia berbicara kepada samudera yang sombong, “Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat” (Ayub 38:11); dan air segera menuruti firman-Nya. Planet-planet disusun dalam urutan yang sempurna, menuruti hukum yang telah TUHAN tetapkan. Dari segala ciptaan yang Allah buat di atas bumi ini, hanya manusia saja yang memberontak. Namun dia memiliki kekuatan akal budi untuk memahami tuntutan hukum ilahi dan hati nurani untuk merasa bersalah atas pelanggaran dan damai dan sukacita atas penurutan. Allah membuatnya menjadi mahluk yang memiliki kebebasan moral, untuk menurut atau tidak menurut. Pahala hidup kekal—sebuah kemuliaan kekal—dijanjikan kepada orang-orang yang melakukan kehendak Allah, sementara murka-Nya yang menakutkan menaungi semua orang yang menentang hukum-Nya.

Keagungan TUHAN

Saat Yohanes merenungkan kemuliaan Allah yang digambarkan di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya, dia dipenuhi dengan kebesaran dan keagungan Sang Pencipta. Seandainyapun semua penduduk dari dunia yang kecil ini menolak penurutan kepada Allah, Dia tidak akan kehilangan kemuliaan-Nya. Dia dapat melenyapkan setiap manusia fana dari muka bumi dalam sekejap, dan menciptakan manusia baru untuk menghuninya dan memuliakan nama-Nya. TUHAN tidak bergantung atas penghormatan manusia, untuk menaikkan sebuah lagu pujian dan hormat dan kemuliaan untuk Pencipta mereka. “Sebab langit bersyukur karena keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN, bahkan karena kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus. Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti TUHAN di antara penghuni surgawi? Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya” (Mazmur 89:6-8).

Sebuah Penglihatan tentang Kristus

Yohanes mengingat kenangan kejadian-kejadian ajaib yang telah ia saksikan di dalam kehidupan Kristus. Dalam imajinasi dia kembali menikmati kesempatan-kesempatan berharga yang dulu pernah dinikmatinya, dan itu sangat menghiburkan. Tiba-tiba perenungannya buyar; dia dipanggil dalam nada yang nyata dan jelas. Dia menoleh untuk melihat dari mana suara itu berasal, dan dia memandang TUHAN-nya, yang dia kasihi, yang pernah berjalan dan bercakap-cakap dengannya, dan yang dia saksikan menderita di atas salib. Tetapi betapa berubah penampilan Juruselamat! Dia bukan lagi “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53:3). Dia tidak lagi memikul tanda-tanda penghinaan-Nya. Matanya seperti nyala api; kaki-Nya seperti emas murni, yang berkilauan di dalam api. Nada suara-Nya seperti suara musik dari air bah. Wajahnya bersinar seperti matahari di terik siang hari. Di dalam tangan-Nya ada tujuh bintang, menggambarkan pelayanan gereja-gereja. Dari mulut-Nya keluar sebuah pedang bermata dua yang tajam, sebuah lambang dari kuasa firman-Nya.

Yohanes, yang sangat mengasihi TUHAN-nya, dan yang dengan setia mengikuti kebenaran dalam menghadapi hukuman penjara, siksaan, dan ancaman kematian, tidak dapat bertahan di hadapan kemuliaan yang sempurna dari kehadiran Juruselamat, dan jatuh ke tanah seperti orang mati. Kemudian Yesus mengulurkan tangan-Nya ke atas ketidakberdayaan hamba-Nya itu, berkata, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya” (Wahyu 1:17:18). Yohanes dikuatkan untuk hidup di dalam kehadiran TUHAN yang dimuliakannya, dan kemudian di hadapannya disajikan penglihatan suci tentang rencana-rencana TUHAN untuk masa depan. Daya tarik yang mulia dari rumah surgawi diperkenalkan kepadanya. Dia diizinkan untuk melihat takhta Allah, dan memandang jubah putih untuk orang-orang yang ditebus. Dia mendengar musik yang dimainkan malaikat-malaikat surga, dan nyanyian kemenangan dari orang-orang yang telah menang dengan darah Anak Domba dan kata-kata dari kesaksian mereka.

Kerendahan Hati Yohanes

Kepada murid yang kekasih itu diberikan hak-hak istimewa yang mulia yang sangat jarang diberikan kepada manusia fana. Namun dia telah begitu menyatu dengan tabiat Kristus sehingga kesombongan tidak mendapat tempat di hatinya. Kerendahan hatinya tidak dihasilkan dari usaha semata; itu adalah sebuah karunia yang dikenakan kepadanya sebagai pakaian. Dia selalu menyembunyikan tindakan-tindakan kebenaran dirinya dan menghindari segala sesuatu yang kelihatan akan menarik perhatiannya kepada dirinya sendiri. Di dalam Injilnya, Yohanes menyebutkan murid yang dikasihi Yesus, tetapi menyembunyikan fakta bahwa orang yang dihormati itu adalah dirinya sendiri. Jalannya tanpa sifat mementingkan diri. Dalam kehidupannya sehari-hari dia mengajar dan mempraktekkan perbuatan baik dalam pengertian yang seutuhnya. Dia memiliki sebuah pengertian yang tinggi akan kasih yang seharusnya ada di antara sesama saudara dan umat Kristen. Dia menghadirkan dan mendorong kasih ini sebagai sebuah sifat khas yang penting dari pengikut-pengikut Kristus. Miskin dalam hal ini, semua pengakuan terhadap nama orang Kristen adalah sia-sia.

Yohanes adalah seorang guru yang mempraktekkan kesucian. Dia memberikan peraturan-peraturan yang tidak menyimpang untuk tingkah laku orang-orang Kristen. Mereka harus murni di dalam hati dan benar di dalam bersikap. Dalam hal apapun mereka tidak boleh dipuaskan dengan sebuah pengakuan kosong. Dia menyatakan dalam istilah yang jelas bahwa menjadi seorang Kristen adalah menjadi seperti Kristus.

Kehidupan Yohanes adalah salah satu usaha yang paling sungguh-sungguh untuk sesuai dengan kehendak Allah. Rasul itu mengikut Juruselamatnya dengan sangat dekat, dan memiliki pengeritan tentang kemurnian dan kesucian yang agung Kristus, sehingga tabiatnya sendiri terlihat, dalam perbandingan, sangat tidak sempurna. Dan ketika Yesus di dalam tubuh-Nya yang dimuliakan muncul di hadapan Yohanes, sekilas pandangan sudah cukup untuk membuatnya jatuh seperti orang mati. Perasaan yang sama akan dimiliki orang-orang yang mengenal TUHAN dan Guru mereka dengan akrab. Semakin sering mereka merenungkan kehidupan dan tabiat Yesus, semakin dalam mereka akan merasakan keberdosaan mereka, dan semakin sedikit mereka berkeinginan untuk mengakui kesucian hati atau membual tentang penyucian mereka.

8.03.2006

Bab 8 - Pelayanan Yohanes

Bab 8

Pelayanan Yohanes

Rasul Yohanes melewati masa awal kehidupannya dalam masyarakat nelayan yang tidak terdidik di Galilea. Dia tidak menyukai pelatihan di sekolah-sekolah; tetapi melalui persahabatannya dengan Kristus, Sang Guru Besar, dia mendapatkan pendidikan tertinggi yang dapat diterima oleh manusia fana. Dia meminum dengan lahap dari mata air kebijaksanaan, dan kemudian membawa orang-orang lain kepada “mata air…yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yohanes 4:14) itu. Kesederhanaan kata-katanya, kuasa kebenaran yang indah yang diucapkannya, dan semangat rohani yang menjadi ciri ajaran-ajarannya memberikannya jalan masuk kepada semua golongan. Bahkan orang-orang percayapun tidak mampu untuk memahami dengan sepenuhnya misteri suci dari kebenaran ilahi yang dibukakan dalam tulisan-tulisannya. Dia kelihatan secara terus-menerus diilhami oleh Roh Kudus. Dia berusaha membawa pikiran orang-orang untuk memahami hal-hal yang tidak terlihat. Kebijaksanaan yang dia bicarakan, membuat kata-katanya menetes seperti embun, melembutkan dan menaklukkan jiwa.

Setelah kenaikan Kristus, Yohanes berdiri sebagai seorang pekerja yang setia dan rajin untuk Gurunya. Bersama yang lain dia menikmati pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, dan dengan semangat dan kuasa yang baru dia melanjutkan untuk mengabarkan kepada orang-orang firman kehidupan. Dia diancam dengan penjara dan maut, tetapi dia tidak bisa ditakut-takuti.

Orang-orang dari berbagai golongan datang untuk mendengarkan khotbah rasul-rasul itu, dan disembuhkan dari penyakit-penyakit mereka di dalam nama Yesus, nama yang sangat dibenci di kalangan Yahudi. Imam-imam dan penguasa merasa ketakutan dalam perlawanan mereka ketika mereka melihat orang-orang sakit yang disembuhkan dan Yesus ditinggikan sebagai Pangeran Kehidupan. Mereka takut bahwa tidak lama lagi seluruh dunia akan percaya kepada-Nya, dan kemudian menuduh mereka membunuh Sang Penyembuh Besar itu. Tetapi semakin besar usaha mereka untuk menghentikan kegemparan itu, semakin banyak yang percaya kepada-Nya dan berbalik dari ajaran-ajaran ahli kitab dan orang-orang Farisi. Mereka dipenuhi dengan kejengkelan, menangkap Petrus dan Yohanes, melemparkan mereka ke dalam penjara biasa. Tetapi malaikat TUHAN, pada suatu malam, membuka pintu penjara, membawa mereka keluar, dan berkata, “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak” (Kisah 5:20).

Dengan kesetiaan dan kesungguh-sungguhan Yohanes membawakan kesaksian dari TUHAN-nya pada setiap kesempatan yang cocok. Dia melihat bahwa masa itu penuh bahaya terhadap gereja. Khayalan setan ada di mana-mana. Pikiran orang-orang mengembara melalui jalan berliku-liku dari ketidakpercayaan dan doktrin-doktrin yang menipu. Beberapa orang yang berpura-pura benar di hadapan Allah adalah para pendusta. Mereka menolak Kristus dan injil-Nya dan menghasilkan bidaah-bidaah terkutuk dan hidup di dalam pelanggaran akan hukum ilahi.

Tema Kesukaan Yohanes

Tema kesukaan Yohanes adalah kasih Kristus yang tidak terbatas. Dia percaya kepada Allah seperti seorang anak percaya kepada kebaikan dan kasih sayang ayahnya. Dia mengenal tabiat dan pekerjaan Kristus; dan ketika dia melihat saudara-saudaranya sesama Yahudi meraba-raba jalan mereka tanpa sebuah cahaya dari Matahari Kebenaran untuk menerangi langkah mereka, dia rindu untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka, Terang dunia itu.

Rasul yang setia itu melihat bahwa kebutaan, kesombongan, ketakhyulan, dan kebodohan mereka terhadap Injil memancangkan ke atas jiwa mereka belenggu yang tidak akan pernah terputus. Prasangka dan kebencian terhadap Kristus yang secara membandel mereka pertahankan, membawa kehancuran ke atas mereka sebagai bangsa dan menghancurkan harapan-harapan mereka akan hidup kekal. Tetapi Yohanes tetap memperkenalkan Kristus kepada mereka sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Bukti bahwa Yesus dari Nazaret adalah Sang Mesias begitu jelas sehingga Yohanes menerangkan bahwa tidak seorangpun yang perlu berjalan di dalam kegelapan dari kesalahan sementara terang itu diberikan kepadanya.

Disedihkan oleh Kesalahan-Kesalahan yang Beracun

Yohanes hidup untuk melihat bahwa injil Kristus dikhotbahkan di tempat-tempat yang jauh dan dekat, dan ribuan orang dengan bersemangat menerima ajaran-ajarannya. Tetapi dia dipenuhi dengan kesedihan ketika dia merasakan kesalahan-kesalahan yang beracun merasuk ke dalam gereja. Beberapa orang yang menerima Kristus menyatakan bahwa kasih-Nya membebaskan mereka dari penurutan terhadap hukum Allah. Di pihak lain, banyak yang mengajarkan bahwa tulisan-tulisan dari hukum itu harus dipelihara, juga semua kebiasaan-kebiasaan dan upacara-upacara Yahudi, dan bahwa ini cukup untuk keselamatan, tanpa darah Kristus. Mereka memandang Kristus sebagai seorang yang baik, seperti para rasul, tetapi menolak keilahian-Nya. Yohanes melihat bahaya-bahaya yang sedang dihadapi gereja. Haruskah mereka menerima ajaran-ajaran ini, dan dia menemui mereka dengan ketetapan dan keputusan. Dia menulis kepada seorang penolong yang paling dihormati di dalam injil, seorang wanita yang berkelakuan baik dan memiliki pengaruh yang luas:

“Sebab banyak penyesat yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Waspadalah supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat” (2 Yohanes 7-11).

Yohanes tidak melaksanakan pekerjaannya tanpa rintangan yang besar. Setan tidak berdiam diri. Dia menggerakkan orang-orang jahat untuk menghentikan kehidupan yang bermanfaat dari hamba Allah ini, tetapi malaikat-malaikat suci melindunginya dari serangan-serangan mereka. Yohanes harus berdiri sebagai seorang saksi yang setia untuk Kristus. Gereja di dalam bahayanya membutuhkan kesaksiannya.

Dengan penggambaran yang keliru dan kebohongan, utusan-utusan Setan telah berusaha untuk menggerakkan perlawanan terhadap Yohanes dan doktrin Kristus. Sebagai akibatnya perselisihan dan bidaah-bidaah membahayakan gereja. Yohanes menghadapi kesalahan-kesalahan ini dengan tabah. Dia membatasi jalan musuh-musuh kebenaran. Dia menulis dan mendesak, bahwa para pemimpin bidaah-bidaah ini tidak boleh didukung sedikitpun. Pada zaman ini ada kejahatan-kejahatan yang serupa dengan apa yang pernah mengancam kesejahteraan gereja yang mula-mula, dan ajaran-ajaran dari rasul itu atas masalah-masalah ini harus secara seksama diperhatikan. “Engkau harus berbuat amal,” adalah seruan yang terdengar di mana-mana, terutama dari orang-orang yang mengakui penyucian. Tetapi amal terlalu suci untuk menutupi sebuah dosa yang tidak diakui. Ajaran-ajaran Yohanes adalah penting bagi orang-orang yang hidup di tengah bahaya-bahaya akhir zaman. Dia telah secara akrab bersahabat dengan Kristus, dia telah mendengarkan ajaran-ajaran-Nya dan telah menyaksikan mujizat-mujizat-Nya yang ajaib. Dia membawakan kesaksian yang meyakinkan, yang membuat kebohonagn musuh-musuh-Nya tidak berdaya.

Tidak Ada Kompromi Dengan Dosa

Yohanes menikmati berkat dari penyucian sejati. Tetapi ingat, rasul itu tidak menyatakan diri tidak berdosa; dia mencari kesempurnaan dengan berjalan di dalam terang muka Allah. Dia bersaksi bahwa orang yang mengaku mengenal Allah, dan masih melanggar hukum ilahi, menjadikan pengakuannya sebagai kebohongan. “Barangsiapa berkata, aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran” (1 Yohanes 2:4). Di zaman yang membanggakan kebebasan ini, kata-kata ini akan dicap sebagai kefanatikan. Tetapi rasul itu mengajarkan bahwa ketika kita harus menyatakan kebaikan Kristen, kita disahkan untuk menyebut dosa dan para pendosa dengan nama mereka yang sebenarnya—karena ini konsisten dengan amal yang benar. Ketika kita mengasihi jiwa-jiwa yang untuknya Yesus mati, dan bekerja demi keselamatan mereka, kita tidak boleh berkompromi dengan dosa. Kita tidak bersekutu dengan pemberontak, dan menyebut hal ini perbuatan amal. TUHAN menuntut umat-umat-Nya di dunia pada zaman ini untuk berdiri, sebagaimana Yohanes pada zamannya, tidak mundur untuk yang benar, dalam perlawanan kepada kesalahan-kesalahan yang membinasakan jiwa.

Tidak Ada Penyucian Tanpa Penurutan

Saya telah bertemu dengan banyak orang yang mengaku hidup tanpa dosa. Tetapi ketika diuji dengan firman TUHAN, maka ternyata orang-orang ini ditemukan secara terbuka menjadi penentang-penentang terhadap hukum-Nya yang kudus. Bukti yang paling jelas tentang kekekalan dan keberlakuan dari hukum keempat gagal untuk membangkitkan hati nurani mereka. Mereka tidak dapat menyangkal tuntutan-tuntutan Allah, tetapi mereka tetap menempuh resiko untuk memaafkan diri mereka dalam melanggar Sabat. Mereka mengaku telah disucikan, dan melayani TUHAN setiap hari pada sepanjang minggu. Banyak orang-orang baik, kata mereka, tidak memelihara Sabat. Jika manusia disucikan, tidak ada penghukuman yang akan menimpa mereka jika mereka tidak memeliharanya. Allah terlalu berkemurahan untuk menghukum mereka karena tidak memelihara hari ketujuh. Mereka akan dianggap ganjil di dalam masyarakat jika harus memelihara Sabat, dan akan kehilangan pengaruh di dalam dunia. Dan mereka harus tunduk terhadap kekuasaan yang ada.

Seorang wanita di New Hampshire membawakan kesaksiannya dalam sebuah ceramah umum, menyatakan bahwa kasih karunia Allah yang memerintah di dalam hatinya dan dia sepenuhnya adalah milik Allah. Dia kemudian mengungkapkan kepercayaannya bahwa orang ini melakukan banyak hal dalam menggerakkan para pendosa untuk melihat bahaya mereka. Dia berkata, “Hari Sabat yang diperkenalkan oleh orang ini kepada kita hanyalah Sabat dari Alkitab”; dan kemudian menyatakan bahwa pikirannya telah sangat disusahkan oleh hal itu. Dia melihat pencobaan yang besar di hadapannya, yang harus dihadapinya jika dia memelihara hari ketujuh. Hari berikutnya dia datang ke pertemuan itu dan kembali membawakan kesaksiannya, berkata bahwa dia telah bertanya kepada TUHAN jika dia harus memelihara Sabat, dan Dia telah menjawabnya bahwa dia tidak perlu memeliharanya. Pikirannya sekarang tidak memikirkan hal itu lagi. Kemudian dia memberikan nasehat yang menggemparkan agar semua orang datang kepada kasih Yesus yang sempurna, di mana tidak ada penghukuman bagi jiwa.

Wanita itu tidak mengalami penyucian yang sejati. Bukanlah Allah yang mengatakan kepadanya bahwa dia dapat disucikan sementara hidup di dalam ketidakmenurutan terhadap salah satu perintah-Nya. Hukum TUHAN adalah kudus, dan tidak seorangpun yang dapat melanggarnya dengan kekebalan terhadap hukuman. Orang yang mengatakan kepadanya bahwa dia dapat tetap melanggar hukum TUHAN dan menjadi tidak berdosa adalah pangeran dari kuasa kegelapan—orang yang sama yang mengatakan kepada Hawa di Eden, melalui ular, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (Kejadian 3:4). Hawa menyanjung dirinya bahwa TUHAN terlalu baik untuk menghukumnya karena ketidakmenurutan terhadap perintah yang telah diucapkan-Nya. Cara berpikir menyesatkan yang sama sedang didorong oleh ribuan orang untuk memaafkan pelanggaran mereka akan perintah keempat, keadaan yang masa bodoh. Raja surga berkata, “Aku menuruti perintah Bapa-Ku” (Yohanes 15:10).

Adam dan Hawa berani melanggar tuntutan Allah, dan hasil yang mengerikan dari dosa mereka seharusnya menjadi sebuah peringatan kepada kita untuk tidak mengikuti teladan ketidakmenurutan mereka. Kristus berdoa untuk murid-murid-Nya dalam kata-kata ini: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; Firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Tidak ada penyucian sejati kecuali melalui penurutan kepada kebenaran. Orang yang mengasihi Allah dengan sepenuh hati akan mengasihi perintah-perintah-Nya juga. Hati yang disucikan akan selaras dengan perintah-perintah hukum Allah; karena mereka suci, adil, dan baik.

Allah Tidak Berubah

Tabiat Allah tidak berubah. Dia adalah Allah pencemburu yang sama hari ini seperti ketika Dia memberikan hukum-Nya di puncak Sinai dan menuliskannya dengan jari-Nya sendiri pada loh batu. Orang-orang yang menginjak-injak hukum TUHAN yang kudus boleh berkata, “Aku telah disucikan”; tetapi sungguh-sungguh disucikan, dan mengakui penyucian, adalah dua hal yang berbeda.

Kitab Perjanjian Baru tidak mengubah hukum Allah. Kekudusan hari Sabat dari hukum keempat sama kokohnya bertahan seperti takhta Yehovah. Yohanes menuliskan: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yohanes 3:4-6). Kita bisa saja bertahan dalam penilaian yang sama seperti murid yang dikasihi itu mengaku tinggal di dalam Kristus, untuk disucikan, sementara hidup dalam pelanggaran akan hukum Allah. Dia telah berjumpa dengan golongan yang sama dengan yang harus kita temui. Dia berkata, “Anak-anakku, janganlah biarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari iblis, sebab iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu” (ayat 7, 8). Di sini rasul itu berbicara dalam istilah yang jelas, saat dia mempertimbangkan hal yang dituntut itu.

Rasul itu bernafaskan sebuah roh kasih. Tetapi ketika dia berhadapan dengan golongan yang melanggar hukum Allah dan namun mengaku bahwa mereka hidup tanpa dosa, dia tidak ragu-ragu untuk memperingatkan mereka akan penipuan mereka yang menakutkan. “Jika kita katakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita” (1 Yohanes 1:6-10).

8.01.2006

Bab 7 - Tabiat Yohanes

Bab 7

Tabiat Yohanes


Rasul Yohanes berbeda dari saudara-saudaranya sebagai “murid yang dikasihi Yesus.” Walaupun memiliki sifat pengecut, lemah, atau suka ragu-ragu, dia memiliki sebuah sikap yang ramah dan hangat, serta penuh kasih. Di kelihatan sangat menikmati, dalam pengertian yang lebih tinggi, persahabatan dengan Kristus, dan dia menerima banyak penghargaan dari keyakinan dan kasih Juruselamat. Dia adalah salah satu dari tiga orang yang diizinkan untuk menyaksikan kemuliaan Yesus di bukit Pisgah dan penderitaan-Nya di Getsemane; dan ke atas pemeliharaan Yohanes-lah TUHAN kita mempercayakan ibu-Nya pada jam-jam terakhir yang penuh penderitaan di salib.

Kasih sayang Juruselamat kepada murid yang kekasih ini dibalas dengan sepenuh kekuatan dan penyerahan yang sungguh-sungguuh. Yohanes bergantung kepada Kristus seperti carang pohon anggur yang bergantung pada tiang yang kokoh. Demi Gurunya dia berani menghadapi bahaya menerobos masuk ruang pengadilan dan berada di sekitar salib; dan ketika mendengar kabar Kristus telah bangkit, dia bergegas ke kubur itu, dalam semangat yang bahkan mengalahkan ketidaksabaran Petrus.

Kasih Yohanes kepada Gurunya bukanlah sekedar persahabatan manusia, tetapi itu adalah kasih dari orang berdosa yang telah bertobat, yang merasakan bahwa dia telah diselamatkan oleh darah Kristus yang mulia. Dia menghargainya sebagai kehormatan tertinggi untuk bekerja dan menderita dalam pelayanan untuk TUHAN-nya. Kasihnya kepada Yesus menuntunnya untuk mengasihi semua orang yang untuk siapa Yesus mati. Agamanya adalah sebuah tabiat yang praktis. Dia berpendapat bahwa mengasihi Allah harus dinyatakan dalam mengasihi anak-anak-Nya. Dia terdengar berulang-ulang berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yohanes 4:11). “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah’, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (ayat 19, 20). Kehidupan rasul itu selaras dengan ajaran-ajarannya. Kasih yang memancar dari dalam hatinya untuk Kristus, membawanya untuk mengerahkan segenap kesungguh-sungguhannya, bekerja tanpa kenal lelah untuk murid-muridnya, teristimewa untuk saudara-saudaranya di dalam gereja Kristen. Dia adalah pengkhotbah yang penuh kuasa, kuat, dan memiliki kesungguhsungguhan yang dalam, dan kata-katanya membawa keyakinan yang kuat.

Sebuah Ciptaan Baru Melalui Kasih Karunia

Kasih yang meyakinkan dan pengabdian yang tidak mementingkan diri yang dinyatakan dalam kehidupan dan tabiat Yohanes memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak ternilai kepada gereja Kristen. Beberapa orang menggambarkan dia sebagai orang yang memiliki kasih ini terlepas dari kasih karunia ilahi; tetapi Yohanes memiliki, secara alamiah, cacat tabiat yang serius; dia sombong dan ambisius, dan mudah marah dan tersinggung.

Kedalaman dan semangat dari kasih sayang Yohanes untuk Gurunya bukanlah penyebab dari kasih Kristus kepadanya, tetapi adalah akibat dari kasih itu. Yohanes ingin menjadi seperti Yesus, dan di bawah pengaruh kasih Kristus yang mengubahkan, dia menjadi lemah lembut dan rendah hati. Dirinya tersembunyi di dalam Yesus. Dia secara erat bersatu dengan Pokok Anggur Kehidupan itu, dan menjadi seorang pengambilbagian dari kodrat ilahi. Hal seperti inilah yang akan selalu menjadi hasil dari persekutuan dengan Kristus. Ini adalah penyucian yang benar.

Mungkin ada cacat-cacat yang terlihat dalam tabiat seseorang, namun ketika dia menjadi murid Yesus yang benar, kuasa dari kasih karunia ilahi membuatnya menjadi ciptaan baru. Kasih Kristus mengubahkan, menyucikan dia. Tetapi ketika orang-orang menyatakan diri menjadi orang Kristen, dan agama mereka tidak membuat mereka menjadi pria dan wanita yang lebih baik dalam semua hubungan kehidupan—kehidupan yang menggambarkan Kristus dalam watak dan tabiat—mereka bukanlah milik-Nya.

Pelajaran dalam Pembangunan Tabiat

Pada suatu waktu Yohanes terlibat dalam perselisihan bersama beberapa saudaranya tentang siapa dari mereka yang pantas menjadi yang terbesar. Mereka tidak bermaksud pertengkaran mereka terdengar oleh Sang Guru; tetapi Yesus membaca hati mereka, dan memanfaatkan kesempatan itu untuk memberikan sebuah pelajaran kerendahan hati kepada murid-murid-Nya. Hal itu bukan hanya untuk kelompok kecil yang mendengarkan kata-katanya, tetapi dicatat untuk kepentingan semua pengikut-Nya hingga ke akhir zaman. “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: ‘Jikalau seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya’” (Markus 9:35).

Orang-orang yang memiliki Roh Kristus tidak akan memiliki ambisi untuk menduduki tempat yang lebih tinggi dari pada saudaranya. Orang yang kecil pada pemandangan mereka adalah orang yang besar dalam pemandangan Allah. “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku’” (ayat 36, 37).

Betapa sebuah perlajaran yang mulia untuk semua pengikut Kristus! Barangsiapa yang melupakan tugas-tugas kehidupan yang terpampang di hadapan langkah mereka, yang mengabaikan kemurahan hati dan kebaikan, kesopanan dan kasih, bahkan kepada seorang anak kecil, sedang mengabaikan Kristus. Yohanes merasakan dorongan dari pelajaran ini dan mengambil manfaat darinya.

Pada kejadian lain, saudaranya Yakobus dan dirinya telah melihat seorang laki-laki mengusir setan dalam nama Yesus, dan karena dia tidak termasuk dalam kelompok mereka, mereka menyatakan bahwa dia tidak berhak melakukan pekerjaan ini, dan akibatnya melarang dia. Dalam ketulusan hatinya Yohanes menceritakan kejadian tersebut kepada Gurunya. Yesus berkata, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ayat 39, 40).

Kembali, Yakobus dan Yohanes melalui ibu mereka membuat sebuah permintaan agar mereka diizinkan untuk mendapatkan tempat kehormatan yang tertinggi di dalam kerajaan Kristus. Juruselamat itu menjawab, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta” (Markus 10:38). Betapa sedikit dari kita yang memahami makna sesungguhnya dari doa-doa kita! Yesus mengetahui pengorbanan yang tidak terbatas yang harus dibayar untuk kemuliaan itu, ketika Dia, “yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia” (Ibrani 12:2). Sukacita itu adalah untuk melihat jiwa-jiwa yang diselamatkan oleh kehinaan-Nya, penderitaan-Nya, dan penumpahan darah-Nya.

Itulah kemuliaan yang akan Kristus terima, dan yang telah diminta oleh dua murid ini yang mungkin diizinkan untuk mereka tanggung. Yesus bertanya kepada mereka, “‘Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?’ Jawab mereka: ‘Kami dapat’” (Markus 10:38, 39).

Betapa sedikit mereka memahami baptisan apa yang disebutkan itu! “Yesus berkata kepada mereka: ‘Memang kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.’” (ayat 39,40).

Kesombongan dan Ambisi Ditemplak

Yesus memahami motif yang mendorong permintaan itu, dan kemudian menemplak kesombongan dan ambisi dari dua murid itu: “Kamu tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga bukan datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ayat 42-45).

Pada suatu kali, Kristus mengirimkan seorang jurukabar mendahului Dia ke sebuah perkampungan orang-orang Samaria, meminta orang-orang untuk menyediakan makanan dan minuman untuk Dia dan murid-murid-Nya. Tetapi ketika Juruselamat mendekati kota itu, Dia sepertinya hendak terus berlalu menuju ke Yerusalem. Hal ini membangkitkan rasa permusuhan dari orang-orang Samaria, dan dari pada mengirimkan jurukabar untuk mengundang dan bahkan mendesak Dia untuk bermalam bersama mereka, mereka menahan kebaikan yang biasanya akan mereka berikan kepada para musafir. Yesus tidak pernah memaksakan kehadiran-Nya terhadap siapapun, dan orang-orang Samaria kehilangan berkat yang seharusnya menjadi milik mereka sekiranya mereka meminta Dia untuk menjadi tamu mereka.

Kita mungkin merasa heran atas perlakuan yang tidak sopan terhadap Raja Surgawi ini, tetapi betapa sering kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus bersalah atas kelalaian yang sama. Apakah kita meminta Yesus untuk bersemayam di dalam hati kita dan di dalam keluarga kita? Dia penuh kasih, karunia, berkat, dan selalu bersedia untuk mencurahkan berkat-berkat ini ke atas kita; tetapi, seperti orang-orang Samaria, kita sering merasa puas tanpa mereka.

Murid-murid mengetahui niat Kristus untuk memberkati orang-orang Samaria dengan kehadiran-Nya; dan ketika mereka melihat sikap dingin, dengki, dan ketidakhormatan yang ditunjukkan kepada Guru mereka, mereka dipenuhi oleh keheranan dan kejengkelan. Yakobus dan Yohanes merasa gusar. Karena Dia yang sangat mereka hormati harus diperlakukan secara demikian, bagi mereka sepertinya itu sebuah kejahatan yang terlalu besar untuk dibiarkan tanpa penghukuman yang segera. Dengan bersemangat mereka berkata, “TUHAN, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (Lukas 9:54), menghubungkan kebinasaan panglima-panglima perang Ahazia dan prajurit-prajurit mereka yang dikirim untuk menjemput nabil Elia.

“Akan tetapi Ia (Yesus) berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain” (Ayat 55, 56). Yohanes dan rekan-rekannya berada di sebuah sekolah di mana Yesus menjadi gurunya. Mereka yang telah melihat cacat-cacat diri mereka, dan sangat ingin untuk memperbaiki tabiat, memiliki kesempatan yang luas. Yohanes menghargai setiap pelajaran dan terus-menerus mencoba membawa hidupnya selaras dengan Teladan Ilahi itu. Pelajaran-pelajaran dari Yesus, kelemahlembutan, kerendahan hati, dan kasih sebagai hal yang penting untuk bertumbuh di dalam kasih karunia, dan kecocokan untuk pekerjaan-Nya, memiliki nilai tertinggi untuk Yohanes. Pelajaran-pelajaran ini ditujukan kepada kita sebagai perorangan dan sebagai saudara di dalam gereja, sebagaimana kepada murid-murid Kristus yang pertama.

Yohanes dan Yudas

Sebuah teguran yang mengandung pelajaran boleh ditarik dari perbedaan yang sangat nyata antara tabiat Yohanes dan Yudas. Yohanes adalah sebuah gambaran hidup dari penyucian. Di pihak lain, Yudas memiliki penampilan yang saleh, sementara tabiatnya lebih bersifat setan dari pada ilahi. Dia mengaku sebagai seorang dari murid Kristus, namun di dalam perkataan dan perbuatan menyangkal Dia.

Yudas memiliki kesempatan berharga yang sama seperti Yohanes untuk mempelajari dan meniru Sang Teladan itu. Dia mendengarkan pelajaran-pelajaran dari Kristus, dan tabiatnya boleh saja telah diubahkan oleh kasih karunia ilahi. Tetapi ketika Yohanes dengan bersungguh-sungguh bergumul melawan sifat-sifat buruknya sendiri dan berusaha untuk menyatu dengan Kristus, Yudas malah melawan hati nuraninya, menyerah kepada pencobaan, dan meneguhkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak jujur ke atas dirinya sendiri yang akan mengubahnya ke dalam rupa Setan.

Kedua murid-murid ini menggambarkan dunia Kristen. Semua orang mengaku sebagai pengikut Kristus; tetapi sementara satu kelas berjalan di dalam kerendahan hati dan kelemahlembutan, belajar dari Yesus, yang lain mempertunjukkan bahwa mereka bukanlah pelaku firman itu, tetapi hanya pendengar. Satu kelas disucikan melalui kebenaran; yang lain tidak mengetahui tentang kuasa yang mengubahkan dari kasih karunia ilahi. Yang pertama setiap hari mati bagi diri sendiri, dan mengalahkan dosa. Yang kedua memperturutkan hawa nafsu mereka sendiri, dan menjadi hamba Setan.

7.30.2006

Bab 6 - Doa-Doa Daniel

Bab 6

Doa-Doa Daniel

Pada waktu mendekati akhir tujuh puluh tahun masa penawanan, perhatian Daniel menjadi semakin besar terhadap nubuatan nabi Yeremia. Dia melihat bahwa waktunya telah sangat dekat ketika TUHAN akan memberikan umat pilihan-Nya kesempatan lain; dan dengan berpuasa, berkabung dan berdoa, dia meminta dengan sangat kepada TUHAN di surga demi bangsa Israel, dalam kata-kata ini: “Ah, TUHAN, Allah yang mahabesar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau, serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. (Daniel 9:4-6)


Daniel tidak menyatakan kesetiaan dirinya sendiri di hadapan Allah. Dari pada menyatakan dirinya suci dan mulia, nabi yang terhormat ini dengan kerendahan hati menyatakan dirinya dengan dosa-dosa besar bangsa Israel. Kebijaksanaan yang telah TUHAN tanamkan padanya jauh lebih kuat dari pada kebijaksanaan orang-orang besar di dunia seperti sinar matahari yang menyinari langit pada siang hari yang lebih terang dari pada bintang. Namun mendengarkan doa dari bibir orang ini sangat menyenangkan hati surga. Dengan kerendahan hati yang dalam, dengan air mata dan hati yang hancur, dia memohon untuk dirinya dan bangsanya. Dia membuka jiwanya di hadapan Allah, mengakui ketidaklayakannya dan mengakui kebesaran dan kemuliaan TUHAN.

Kesungguhsungguhan dan Semangat

Betapa kesungguhsungguhan dan semangat mewarnai permohonannya! Tangan iman itu menjangkau ke atas untuk menggenggam janji yang tidak pernah gagal dari Yang Mahatinggi itu. Jiwanya bergumul dalam penderitaan. Dan dia memiliki bukti bahwa doanya didengar. Dia tahu bahwa kemenangan ada di pihaknya. Jika kita sebagai manusia mau berdoa sebagaimana Daniel berdoa, dan bergumul sebagaimana dia bergumul, merendahkan jiwa kita di hadapan Allah, kita harus menyadari sebagai tanda jawaban atas permohonan kita sebagaimana yang diberikan kepada Daniel. Dengarkanlah bagaimana dia mengajukan kasusnya kepada majelis surga:

“Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu, dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya TUHAN, dengarlah! Ya TUHAN, ampunilah! Ya TUHAN, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!” (ayat 18, 19).

Hamba Allah itu berdoa memohon berkat Surga ke atas bangsanya dan pengetahuan yang lebih jelas untuk mengetahui kehendak Ilahi. Beban hatinya adalah untuk Israel, yang tidak, dalam arti yang paling keras, memelihara hukum Allah. Dia mengakui bahwa semua kemalangan yang menimpa mereka adalah akibat dari pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap hukum kudus. Dia berkata, “Kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik… Sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami” (Ayat 15, 16). Bangsa Yehuda telah kehilangan keistimewaannya, tabiat yang suci sebagai umat pilihan Allah. “Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi TUHAN sendiri” (ayat 17). Hati Daniel menghadap dengan penuh kerinduan kepada kaabah Allah yang hancur. Dia tahu bahwa kemakmurannya hanya dapat dipulihkan jika Israel bertobat dari pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum Allah, dan menjadi rendah hati, setia, dan menurut.

Jurukabar Surga

Ketika doa Daniel berlangsung, malaikat Gabriel turun dari surga untuk memberitahukan kepadanya bahwa permohonannya telah didengar dan dijawab. Malaikat yang kuat ini telah ditugaskan untuk memberikannya kecakapan dan khidmat—untuk membuka misteri masa depan di hadapannya. Maka, sementara dengan sungguh-sungguh menyelidiki untuk mengetahui dan memahami kebenaran, Daniel telah dibawa ke dalam persekutuan dengan jurukabar Surga.

Sebagai jawaban atas permohonannya, Daniel menerima bukan saja terang dan kebenaran yang paling dibutuhkannya dan bangsanya, tetapi sebuah penglihatan tentang kejadian-kejadian besar di masa depan, bahkan sampai kepada kedatangan Juruselamat dunia. Orang-orang yang menyatakan diri telah disucikan, sementara mereka tidak memiliki kerinduan untuk menyelidiki Kitab Suci atau bergumul bersama Allah di dalam doa agar memperoleh pengertian yang lebih jelas dari kebenaran Alkitab, tidak mengenal apa sebenarnya penyucian sejati itu.

Daniel berbicara bersama Allah. Surga terbuka di hadapannya. Tetapi kehormatan tertinggi yang diberikan kepadanya adalah hasil dari kerendahan hati dan kesungguh-sungguhannya dalam menyelidiki. Semua yang percaya sepenuh hati kepada firman TUHAN akan lapar dan haus terhadap sebuah pengetahuan tentang kehendak-Nya. Allah adalah penulis kebenaran. Dia menerangi pemahaman yang gelap dan memberikan kepada pikiran manusia kuasa untuk menggenggam dan memahami kebenaran yang telah dinyatakan-Nya.

Mencari Kebijaksanaan Dari TUHAN

Dari kejadian yang telah digambarkan, malaikat Gabriel menanamkan kepada Daniel semua perintah yang mampu dia terima. Beberapa tahun kemudian, bagaimanapun, nabi itu rindu untuk mempelajari lebih banyak pelajaran yang belum sepenuhnya dijelaskan, dan kembali meletakkan dirinya mencari terang dan kebijaksanaan dari Allah. “Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh. Makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh. Pada hari kedua puluh empat bulan pertama… kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari Ufas. Tubuhnya persis seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat. Matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak” (Daniel 10:2-6).

Gambaran ini mirip dengan yang diberikan oleh Yohanes ketika Kristus dinyatakan kepadanya di pulau Patmos. Orang yang muncul di hadapan Daniel itu tidak lain adalah Anak Allah. TUHAN kita datang bersama jurukabar surga yang lain untuk mengajarkan kepada Daniel apa yang akan terjadi pada hari-hari terakhir.

Kebenaran-kebenaran besar yang dinyatakan oleh Juruselamat dunia adalah untuk orang-orang yang mencari kebenaran seperti mencari harta yang terpendam. Daniel sudah lanjut usia. Kehidupannya telah berlalu di tengah-tengah pesona sebuah bangsa kafir, pikirannya dipenuhi dengan urusan-urusan dari sebuah kerajaan besar. Namun dia menyingkir dari segala masalah yang menerpa jiwanya di hadapan Allah, dan mencari sebuah pengetahuan tentang maksud-maksud Yang Mahatinggi. Dan sebagai jawaban atas permohonannya, terang dari surga disampaikan untuk orang-orang yang hidup pada hari-hari terakhir. Dengan kesungguhsungguhan yang demikian, maka, kita harus mencari Allah, sehingga Dia boleh membuka pengertian kita untuk memahami kebenaran-kebenaran yang diberikan kepada kita dari surga.

“Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari dan bersembunyi; demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku” (ayat 7, 8). Semua orang yang benar-benar disucikan akan mengalami pengalaman yang serupa. Semakin jelas pandangan mereka akan kebesaran, kemuliaan, dan kesempurnaan Kristus, akan semakin nyatalah mereka melihat kelemahan dan ketidaksempurnaan mereka sendiri. Mereka tidak akan punya kecenderungan untuk menyatakan diri tidak berdosa; karena apa yang kelihatan benar dan elok di dalam diri mereka akan, bila dibandingkan dengan kesucian dan kemuliaan Kristus, kelihatan hanya sebagai sesuatu yang memalukan dan jahat. Adalah ketika manusia terpisah dari Allah, ketika mereka memiliki pandangan yang sangat kabur tentang Kristus, sehingga mereka berkata, “Aku tidak berdosa; aku disucikan.”

Gabriel sekarang muncul di hadapan nabi itu, dan berkata kepadanya: “‘Daniel, engkau orang yang dikasihi, camkanlah firman yang kukatakan kepadamu, dan berdirilah pada kakimu, sebab sekarang aku diutus kepadamu.’ Ketika hal ini dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan gemetar. Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu dan aku datang oleh karena perkataanmu itu’” (ayat 11, 12).

Kehormatan Besar untuk Daniel

Betapa penghormatan yang besar ditunjukkan kepada Daniel oleh Penguasa Surga! Dia menghibur hamba-Nya yang ketakutan dan menyakinkannya bahwa doanya telah didengar di surga. Sebagai jawaban untuk permohonan yang sungguh-sungguh itu malaikat Gabriel dikirim untuk mempengaruhi hati raja Persia. Raja itu telah menolak bisikan-bisikan Roh Allah selama tiga minggu ketika Daniel berpuasa dan berdoa, tetapi Pangeran surga, sang Kerub, Mikhael, dikirim untuk mengubah hati raja yang keras kepala itu melakukan beberapa tindakan keputusan untuk menjawab doa Daniel.

“Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu. Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku…. dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan” (ayat 15-19). Dengan kekuatan Ilahinya dia menguatkan orang berintegritas dan beriman ini, untuk mendengar pekabaran yang dikirimkan kepadanya dari Allah.

Daniel adalah seorang hamba Yang Mahatinggi yang setia. Hidupnya yang panjang dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan baik untuk melayani TUHAN-nya. Kemurnian tabiatnya dan kesetiaannya yang tidak tergoyahkan hanya dapat disamakan dengan kerendahan hati dan penyesalannya yang mendalam karena dosa di hadapan Allah. Kita ulangi, Kehidupan Daniel adalah sebuah gambaran inspirasi tentang penyucian sejati.

5.05.2006

Bab 5 - Daniel Di Lubang Singa

Kehidupan Yang Disucikan - Bab 5

Daniel di Lubang Singa

Ketika Darius merebut takhta kerajaan Babilon, dia segera merombak pemerintahan. Dia “mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan; membawahi mereka diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu” (Daniel 6:1-3). Dan “Daniel ini melebihi melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya” (ayat 4). Kehormatan yang dilimpahkan ke atas Daniel membuat para pejabat tinggi kerajaan menjadi cemburu. Para pejabat tinggi dan wakil-wakil raja berusaha menemukan kesalahan-kesalahan yang dapat menjatuhkannya. “Tetapi mereka tidak mendapatkan alasan apapun atau suatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati suatu kelalaian atau suatu kesalahan padanya” (ayat 5).

Betapa sebuah pelajaran yang ditunjukkan di sini bagi semua orang Kristen. Tatapan-tatapan yang penuh kecemburuan setiap hari ditujukan kepada Daniel; tatapan mereka dipertajam oleh kebencian; namun tidak ada satu kata atau tindakan dari kehidupannya yang dapat mereka jadikan sebagai kesalahan. Dan begitupun dia tidak menyatakan dirinya suci, namun dia melakukan apa yang jauh lebih baik—dia menghidupkan sebuah kehidupan dari kesetiaan dan pengabdian.

Semakin tidak bercela tindak-tanduk Daniel, semakin besar kebencian yang dikobarkan terhadapnya oleh musuh-musuhnya. Mereka dipenuhi amarah, karena mereka tidak dapat menemukan apapun dalam tabiatnya atau dalam pelaksanaan tugas-tugasnya yang dapat menjadi dasar untuk melawan dia. “Maka berkatalah orang-orang itu, ‘Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (ayat 6). Tiga kali sehari Daniel berdoa kepada Allah di surga. Ini adalah satu-satunya tuduhan yang dapat dibuat untuk melawan dia.

Sebuah persekongkolan sekarang direncanakan untuk menghancurkannya. Musuh-musuhnya berkumpul di istana dan memohon kepada raja untuk mensahkan sebuah dekrit yang menyatakan bahwa tidak seorangpun di seluruh kerajaan boleh meminta segala sesuatu kepada TUHAN atau manusia, kecuali kepada Raja Darius, selama tiga puluh hari, dan pelanggaran terhadap maklumat ini akan mendapat hukuman dengan melempar pelanggarnya ke dalam lobang singa. Raja tidak mengetahui kebencian orang-orang ini terhadap Daniel, dan tidak menyadari bahwa dekrit itu dalam segala akan menyusahkannya. Melalui sanjungan mereka membuat raja percaya bahwa dengan mensahkan dekrit seperti itu akan sangat besar artinya bagi kehormatannya. Dengan senyum licik penuh kemenangan di wajah mereka, mereka berlalu dari hadapan raja, dan bersukacita bersama atas jerat yang telah mereka buat untuk hamba Allah itu.

Sebuah Teladan untuk Keberanian dan Kesetiaan

Dekrit itu telah disahkan raja. Daniel mengetahui maksud musuh-musuhnya untuk menghancurkan dia. Namun dia tidak mengubah kebiasaannya sedikitpun. Dengan ketenangan dia menjalankan tugas-tugasnya seperti biasam, dan pada jam berdoa dia pergi ke kamarnya, dan dengan jendela terbuka menghadap ke Yerusalem, dia melayangkan doa-doanya kepada Allah di surga. Oleh tindakannya ini, dia tanpa rasa takut menyatakan bahwa tidak ada kuasa duniawi yang berhak untuk berada di antara dia dan TUHAN-nya dan memerintahkan kepada siapa dia boleh dan tidak boleh berdoa. Orang terhormat yang berprinsip teguh! Dia berdiri tegak di hadapan dunia zaman ini sebagai sebuah teladan yang patut dipuji dari keberanian dan kesetiaan Kristen. Dia menghadap Allah sepenuh hatinya, walaupun dia tahu bahwa maut adalah hukuman untuk kesetiaannya.

Musuh-musuhnya mengamatinya sepanjang hari. Tiga kali dia telah memasuki kamarnya, dan tiga kali suara yang dengan sungguh-sungguh itu telah terdengar. Pada pagi berikutnya, pengaduan itu telah diajukan kepada raja bahwa salah satu tawanan dari Yehuda telah menentang dekritnya. Ketika raja mendengar laporan ini, matanya segera terbuka untuk melihat bahwa perangkap telah dipasang. Dia dengan perasaan sakit menyesali dirinya karena telah mensahkan dekrit seperti itu, dan berusaha hingga matahari terbenam untuk menemukan sebuah rencana yang bisa menyelamatkan Daniel. Tetapi musuh-musuh nabi itu telah mengantisipasi hal ini, dan mereka datang menghadap raja dengan kata-kata ini: “Ketahuilah, ya raja, bahwa undang-undang Media dan Persia berkata bahwa tidak ada dekrit atau undang-undang yang dibuat oleh raja boleh diubah.”

“Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: ‘Allahmu yang kau sembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!’” (ayat 15, 16). “Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para pembesarnya. (ayat 18) Lalu pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur.”(ayat 19)

“Allahku Telah Mengutus Malaikat-Nya”

Pagi-pagi sekali raja bergegas menuju ke lubang singa-singa itu, dan berseru: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu? (ayat 21). Suara nabi itu terdengar dalam jawaban, “Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tidak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.” (ayat 22, 23)

“Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya.” (ayat 24). Maka hamba Allah itupun memperoleh kelepasan. Dan perangkap yang telah dibuat oleh musuh-musuhnya untuk menghancurkannya terbukti menjadi kehancuran mereka sendiri. Atas perintah raja, mereka dilemparkan ke dalam lubang singa itu, dan dalam sekejap dilahap oleh hewan-hewan buas itu.