Google

8.09.2006

Bab 9 - Yohanes Di Pembuangan

Bab 9

Yohanes di Pembuangan

Keberhasilan yang ajaib yang menyertai pekabaran injil oleh para rasul dan para murid-murid pengerja mereka menambah kebencian dari musuh-musuh Kristus. Mereka membuat setiap usaha untuk menghalangi kemajuannya, dan akhirnya berhasil dalam mendapatkan kekuasaan kekaisaran Roma untuk melawan orang-orang Kristen. Sebuah penyiksaan yang kejam terjadi, di mana banyak dari pengikut-pengikut Kristus dibunuh. Rasul Yohanes sekarang sudah lanjut usia, tetapi dengan semangat yang besar dan keberhasilan dia melanjutkan untuk mengkhotbahkan doktrin Kristus. Dia memiliki sebuah kesaksian yang berkuasa, yang tidak dapat ditentang lawan-lawannya, dan yang sangat memberikan dorongan kepada saudara-saudaranya.

Ketika iman orang-orang Kristen kelihatannya akan goyah di bawah perlawanan yang dahsyat yang terpaksa harus mereka hadapi, rasul itu akan mengulangi, dengan martabat, kuasa, dan kefasihan berbicara, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup—itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus” (1 Yohanes 1:1-3).

Kebencian yang paling sengit dikobarkan terhadap Yohanes karena kesetiaannya yang tidak tergoyahkan terhadap Kristus. Dia adalah murid terakhir yang masih ada yang secara akrab berhubungan dengan Yesus, dan musuh-musuhnya memutuskan bahwa kesaksiannya harus dibungkam. Jika hal ini dapat dilaksanakan, mereka berpikir doktrin tentang Kristus itu tidak akan tersebar; dan jika diperlakukan dengan keras, hal itu mungkin akan segera terlupakan dari dunia ini. Karena itu Yohanes dipanggil ke Roma untuk diadili karena imannya. Doktrin-doktrinnya diputarbalikkan. Saksi-saksi palsu menuduh dia sebagai penghasut, secara terbuka mengajarkan teori-teori yang akan menumbangkan pemerintahan negara itu.

Rasul itu menyatakan imannya dalam cara yang jelas dan meyakinkan, dengan kesederhanaan dan keterusterangan sehingga kata-katanya memiliki pengaruh yang sangat kuat. Para pendengarnya terheran-heran pada kebijaksanaan dan kefasihannya. Tetapi semakin meyakinkan kesaksiannya, semakin dalam kebencian dari orang-orang yang menentang kebenaran. Sang Kaisar dipenuhi kemarahan, dan mengutuk nama TUHAN dan Kristus. Dia tidak dapat menentang pemikiran rasul itu atau mengimbangi kuasa yang menyertai pengungkapan kebenaran itu, dan dia memutuskan untuk membungkam pembelaan orang yang beriman itu.

Saksi Allah Tidak Dapat Dibungkamkan

Di sini kita melihat betapa keras hati yang secara tegar tetap melawan maksud-maksud Allah. Musuh-musuh gereja memutuskan untuk mempertahankan kesombongan dan kekuasaan di hadapan khalayak. Melalui dekrit kaisar, Yohanes dibuang ke pulau Patmos, dihukum, sebagaimana yang dia katakan kepada kita, “oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus” (Wahyu 1:9).

Patmos, adalah sebuah pulau tandus yang berbatu-batu di laut Aegean, telah dipilih oleh pemerintah Roma sebagai sebuah tempat pembuangan para penjahat. Tetapi bagi hamba Allah itu, tempat tinggal yang suram ini terbukti menjadi gerbang surga. Dia terpisah jauh dari kesibukan-kesibukan hidup dan dari pekerjaan sebagai penginjil, tetapi dia tidak terpisah dari kehadiran Allah. Di dalam rumahnya yang terpencil ini dia dapat bergaul dengan Raja segala raja dan mempelajari dengan lebih dekat perwujudan-perwujudan kuasa ilahi di dalam buku alam dan halaman-halaman ilham. Dia senang untuk merenungkan pekerjaan besar dari penciptaan dan memuja kuasa dari Arsitek Ilahi. Dalam tahun-tahun sebelumnya matanya telah bertemu dengan pemandangan bukit-bukit yang ditutupi pepohonan, lembah yang hijau, dataran yang subur; dan di dalam segala keindahan alam dia senang untuk mencari kebijaksanaan dan keterampilan Sang Pencipta. Dia sekarang dikelilingi dengan pemandangan-pemandangan yang bagi kebanyakan orang akan terlihat suram dan tidak menarik. Tetapi bagi Yohanes berlaku sebaliknya. Dia dapat membaca pelajaran yang paling penting di alam bebas, batu-batu karang yang terpencil, misteri-misteri samudera yang sangat dalam, kemuliaan cakrawala. Baginya semua itu memberikan kesan tentang kuasa Allah dan menyatakan kemuliaan-Nya.

Suara Alam

Rasul itu memandang di sekelilingnya pemandangan-pemandangan tentang banjir, yang mengahncurkan bumi karena penduduk-penduduknya melanggar hukum Allah. Batu-batuan, terlempar dari dasar samudera dan dari bumi melalui luapan air yang menerjang, dinyatakan dalam gambaran hidup di dalam pikirannya teror-teror dari pencurahan murka Allah yang dahsyat.

Tetapi sementara semua kesunyian dan ketandusan itu mengelilingi dia, langit biru yang membentang di atas rasul di Patmos yang sunyi itu sama cerah dan indahnya dengan langit yang berada di atas kota Yerusalem yang dikasihinya. Biarlah manusia sesekali melihat kemuliaan langit pada malam hari dan melihat tanda-tanda kuasa pekerjaan Allah di dalam benda-benda langit, dan dia diajarkan sebuah pelajaran tentang kebesaran Sang Pencipta yang sangat berbeda dengan kekecilan dirinya sendiri. Jika dia memiliki kesombongan dan suka mementingkan diri karena harta, atau bakat, atau kecantikan diri, biarlah dia pergi keluar di malam yang indah dan melihat langit yang penuh bintang, dan belajar untuk merendahkan roh kesombongannya di hadiran Oknum Yang Tidak Terbatas itu.

Dalam suara air—yang memanggil dari bagian yang dalam hingga ke bagian yang dalam—nabi itu mendengar suara Sang Pencipta. Lautan, kibasan yang membangkitkan amarah angin yang tidak kenal ampun, baginya menggambarkan kemarahan dari seorang Allah yang terluka. Ombak-ombak yang kuat, di dalam keributannya yang dahsyat dikendalikan di dalam batasan-batasan yang ditunjukkan oleh sebuah tangan yang tidak terlihat, berbicara kepada Yohanes tentang sebuah kuasa yang tidak terbatas yang mengendalikan samudera. Dan di dalam perbedaan dia melihat dan merasakan kebodohan dari manusia-manusia fana yang lemah, yang hanyalah debu, yang memuliakan diri di dalam kebijaksanaan dan kekuatan mereka dan menetapkan hati mereka untuk melawan Penguasa alam semesta, seakan-akan TUHAN adalah mahluk yang sama seperti diri mereka sendiri. Betapa buta dan tidak masuk akal kesombongan manusia! Jam-jam kita yang penuh berkat di dalam sinar matahari dan curah hujan ke atas bumi akan berbuat lebih banyak untuk mengubah wajah alam dari pada yang dapat dicapai manusia dengan segala bualan ilmu pengetahuan dan kerja kerasnya seumur hidup.

Di tengah-tengah pulau tempat tinggalnya, rasul yang dibuang itu membaca perwujudan-perwujudan kuasa ilahi, dan di dalam semua pekerjaan-pekerjaan alam mengadakan persekutuan dengan TUHAN-nya. Jiwa yang dipenuhi kerinduan yang paling dalam untuk mencari TUHAN, doa yang paling sungguh-sungguh, naik ke surga dari Patmos yang berbatu-batu. Ketika Yohanes melihat ke batu-batu itu, dia diingatkan tentang Kristus, batu karang kekuatannya, di mana dia dapat berlindung tanpa rasa takut.

Seorang Pemelihara Sabat

Hari TUHAN disebutkan oleh Yohanes sebagai Sabat, hari di mana Yahweh beristirahat dari pekerjaan besar penciptaan, dan yang Dia berkati dan sucikan karena Dia telah beristirahat pada hari itu. Hari Sabat dipelihara oleh Yohanes di pulau Patmos dengan kekudusan yang sama dengan ketika dia berada di antara umat-umat, dan berkhotbah pada hari itu. Di antara batu-batu tandus yang mengelilinginya, Yohanes diingatkan akan gunung Sinai yang berbatu, dan bagaimana, ketika Allah mengucapkan hukum-Nya kepada umat-Nya di sana, Dia berkata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8).

Anak Allah berbicara kepada Musa dari puncak gunung. Allah membuat batu-batu itu sebagai mezbah-Nya. Kaabah-Nya adalah bukit-bukit abadi itu. Sang Pembuat Undang-Undang Ilahi itu turun ke atas gunung yang berbatu-batu itu untuk mengucapkan hukum-Nya dalam pendengaran semua umat-Nya, sehingga mereka dapat dikesankan oleh kemegahan dan pertunjukkan yang dahsyat dari kuasa dan kemuliaan-Nya, dan takut untuk melanggar perintah-perintah-Nya. TUHAN mengucapkan hukumnya di tengah-tengah guntur dan kilat dan awan tebal yang menutupi puncak gunung itu, dan suaranya adalah suara sebuah terompet yang luar biasa kerasnya. Hukum Yehovah tidak dapat diubah, dan loh batu di mana Dia menuliskan hukum itu adalah batu yang keras, menandakan keabadian perintah-perintahnya. Sinai yang berbatu menjadi sebuah tempat suci bagi semua orang yang mengasihi dan mematuhi hukum Allah.

Terkurung Bersama Allah

Ketika Yohanes sedang merenungkan pemandangan di Sinai, Roh dari Dia yang menyucikan hari ketujuh turun ke atasnya. Dia merenungkan dosa Adam dalam melanggar hukum ilahi, dan hasil yang mengerikan dari pelanggaran itu. Kasih Allah yang tidak terbatas, dalam memberikan Anak-Nya untuk menebus ras yang telah hilang itu, kelihatannya terlalu besar untuk diungkapkan melalui kata-kata. Sebagaimana dia menyatakannya di dalam suratnya dia memanggil gereja dan dunia untuk memandangnya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal dia” (1 Yohanes 3:1). Adalah misteri bagi Yohanes bahwa Allah dapat memberikan Anak-Nya untuk mati bagi manusia yang memberontak. Dan dia tenggelam di dalam ketakjuban terhadap rencana keselamatan, memikirkan betapa besar harga yang harus dibayar Surga, harus ditolak oleh orang-orang yang untuk siapa pengorbanan yang tidak terbatas itu telah dibuat.

Yohanes terkurung bersama Allah. Ketika dia mempelajari lebih banyak tentang tabiat ilahi melalui pekerjaan penciptaan, pemujaannya terhadap Allah bertambah. Dia sering menanyakan dirinya sendiri, mengapa manusia, yang sepenuhnya bergantung kepada Allah, tidak berusaha berdamai dengan-Nya melalui kerelaan penurutan? Dia tidak terbatas di dalam kebijaksanaan, dan tidak ada batasan bagi kuasa-Nya. Dia menguasai langit dengan dunia-dunianya yang tidak terhitung. Dia memelihara di dalam keselarasan kemegahan dan keindahan benda-benda yang telah diciptakan-Nya. Dosa adalah pelanggaran akan hukum Allah, dan akibat dosa adalah maut. Tidak akan pernah ada perpecahan di surga atau dunia jika dosa tidak pernah hadir. Ketidakpatuhan terhadap hukum Allah telah membawa segala penderitaan yang telah hadir di tengah-tengah ciptaanya. Mengapa manusia tidak mau berdamai dengan Allah?

Bukanlah hal yang sepele untuk berdosa melawan Allah, untuk mempertahankan kehendak manusia yang suka melawan dalam penentangannya terhadap kehendak Penciptanya. Adalah demi kepentingan terbaik manusia, bahkan di dunia ini, untuk mematuhi perintah-perintah Allah. Dan tentunya adalah demi kepentingan abadi mereka untuk tunduk kepada Allah, dan berdamai dengan-Nya. Hewan-hewan liar di padang belantara mematuhi hukum Pencipta mereka di dalam insting yang memerintah mereka. Dia berbicara kepada samudera yang sombong, “Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat” (Ayub 38:11); dan air segera menuruti firman-Nya. Planet-planet disusun dalam urutan yang sempurna, menuruti hukum yang telah TUHAN tetapkan. Dari segala ciptaan yang Allah buat di atas bumi ini, hanya manusia saja yang memberontak. Namun dia memiliki kekuatan akal budi untuk memahami tuntutan hukum ilahi dan hati nurani untuk merasa bersalah atas pelanggaran dan damai dan sukacita atas penurutan. Allah membuatnya menjadi mahluk yang memiliki kebebasan moral, untuk menurut atau tidak menurut. Pahala hidup kekal—sebuah kemuliaan kekal—dijanjikan kepada orang-orang yang melakukan kehendak Allah, sementara murka-Nya yang menakutkan menaungi semua orang yang menentang hukum-Nya.

Keagungan TUHAN

Saat Yohanes merenungkan kemuliaan Allah yang digambarkan di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya, dia dipenuhi dengan kebesaran dan keagungan Sang Pencipta. Seandainyapun semua penduduk dari dunia yang kecil ini menolak penurutan kepada Allah, Dia tidak akan kehilangan kemuliaan-Nya. Dia dapat melenyapkan setiap manusia fana dari muka bumi dalam sekejap, dan menciptakan manusia baru untuk menghuninya dan memuliakan nama-Nya. TUHAN tidak bergantung atas penghormatan manusia, untuk menaikkan sebuah lagu pujian dan hormat dan kemuliaan untuk Pencipta mereka. “Sebab langit bersyukur karena keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN, bahkan karena kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus. Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti TUHAN di antara penghuni surgawi? Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya” (Mazmur 89:6-8).

Sebuah Penglihatan tentang Kristus

Yohanes mengingat kenangan kejadian-kejadian ajaib yang telah ia saksikan di dalam kehidupan Kristus. Dalam imajinasi dia kembali menikmati kesempatan-kesempatan berharga yang dulu pernah dinikmatinya, dan itu sangat menghiburkan. Tiba-tiba perenungannya buyar; dia dipanggil dalam nada yang nyata dan jelas. Dia menoleh untuk melihat dari mana suara itu berasal, dan dia memandang TUHAN-nya, yang dia kasihi, yang pernah berjalan dan bercakap-cakap dengannya, dan yang dia saksikan menderita di atas salib. Tetapi betapa berubah penampilan Juruselamat! Dia bukan lagi “seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53:3). Dia tidak lagi memikul tanda-tanda penghinaan-Nya. Matanya seperti nyala api; kaki-Nya seperti emas murni, yang berkilauan di dalam api. Nada suara-Nya seperti suara musik dari air bah. Wajahnya bersinar seperti matahari di terik siang hari. Di dalam tangan-Nya ada tujuh bintang, menggambarkan pelayanan gereja-gereja. Dari mulut-Nya keluar sebuah pedang bermata dua yang tajam, sebuah lambang dari kuasa firman-Nya.

Yohanes, yang sangat mengasihi TUHAN-nya, dan yang dengan setia mengikuti kebenaran dalam menghadapi hukuman penjara, siksaan, dan ancaman kematian, tidak dapat bertahan di hadapan kemuliaan yang sempurna dari kehadiran Juruselamat, dan jatuh ke tanah seperti orang mati. Kemudian Yesus mengulurkan tangan-Nya ke atas ketidakberdayaan hamba-Nya itu, berkata, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya” (Wahyu 1:17:18). Yohanes dikuatkan untuk hidup di dalam kehadiran TUHAN yang dimuliakannya, dan kemudian di hadapannya disajikan penglihatan suci tentang rencana-rencana TUHAN untuk masa depan. Daya tarik yang mulia dari rumah surgawi diperkenalkan kepadanya. Dia diizinkan untuk melihat takhta Allah, dan memandang jubah putih untuk orang-orang yang ditebus. Dia mendengar musik yang dimainkan malaikat-malaikat surga, dan nyanyian kemenangan dari orang-orang yang telah menang dengan darah Anak Domba dan kata-kata dari kesaksian mereka.

Kerendahan Hati Yohanes

Kepada murid yang kekasih itu diberikan hak-hak istimewa yang mulia yang sangat jarang diberikan kepada manusia fana. Namun dia telah begitu menyatu dengan tabiat Kristus sehingga kesombongan tidak mendapat tempat di hatinya. Kerendahan hatinya tidak dihasilkan dari usaha semata; itu adalah sebuah karunia yang dikenakan kepadanya sebagai pakaian. Dia selalu menyembunyikan tindakan-tindakan kebenaran dirinya dan menghindari segala sesuatu yang kelihatan akan menarik perhatiannya kepada dirinya sendiri. Di dalam Injilnya, Yohanes menyebutkan murid yang dikasihi Yesus, tetapi menyembunyikan fakta bahwa orang yang dihormati itu adalah dirinya sendiri. Jalannya tanpa sifat mementingkan diri. Dalam kehidupannya sehari-hari dia mengajar dan mempraktekkan perbuatan baik dalam pengertian yang seutuhnya. Dia memiliki sebuah pengertian yang tinggi akan kasih yang seharusnya ada di antara sesama saudara dan umat Kristen. Dia menghadirkan dan mendorong kasih ini sebagai sebuah sifat khas yang penting dari pengikut-pengikut Kristus. Miskin dalam hal ini, semua pengakuan terhadap nama orang Kristen adalah sia-sia.

Yohanes adalah seorang guru yang mempraktekkan kesucian. Dia memberikan peraturan-peraturan yang tidak menyimpang untuk tingkah laku orang-orang Kristen. Mereka harus murni di dalam hati dan benar di dalam bersikap. Dalam hal apapun mereka tidak boleh dipuaskan dengan sebuah pengakuan kosong. Dia menyatakan dalam istilah yang jelas bahwa menjadi seorang Kristen adalah menjadi seperti Kristus.

Kehidupan Yohanes adalah salah satu usaha yang paling sungguh-sungguh untuk sesuai dengan kehendak Allah. Rasul itu mengikut Juruselamatnya dengan sangat dekat, dan memiliki pengeritan tentang kemurnian dan kesucian yang agung Kristus, sehingga tabiatnya sendiri terlihat, dalam perbandingan, sangat tidak sempurna. Dan ketika Yesus di dalam tubuh-Nya yang dimuliakan muncul di hadapan Yohanes, sekilas pandangan sudah cukup untuk membuatnya jatuh seperti orang mati. Perasaan yang sama akan dimiliki orang-orang yang mengenal TUHAN dan Guru mereka dengan akrab. Semakin sering mereka merenungkan kehidupan dan tabiat Yesus, semakin dalam mereka akan merasakan keberdosaan mereka, dan semakin sedikit mereka berkeinginan untuk mengakui kesucian hati atau membual tentang penyucian mereka.