Google

2.21.2006

Bab 4 - Perapian Yang Menyalanyala

Kehidupan yang Disucikan – Bab 4

Perapian yang Menyalanyala

Dalam tahun yang sama saat Daniel dan teman-temannya memulai tugas-tugas mereka dalam kerajaan Babilon, peristiwa-peristiwa yang dengan berat menguji integritas pemuda-pemuda Ibrani ini terjadi dan membuktikan di hadapan negeri penyembah berhala itu kekuasaan dan kesetiaan Allah Israel.

Ketika Raja Nebukadnezar sedang dengan gelisah mencari ramalan-ramalan untuk masa depan, dia mendapat mimpi yang luar biasa, yang sangat menyusahkannya, “dan ia tidak dapat tidur” (Daniel 2:1). Namun walaupun penglihatan pada malam itu sangat membekas dalam pikirannya, dia tidak dapat mengingat dengan jelas mimpi tersebut. Dia memanggil ahli-ahli perbintangan dan ahli-ahli nujumnya, dan dengan menjanjikan kekayaan dan kehormatan yang besar memerintahkan mereka untuk menceritakan kepadanya mimpinya dan arti dari mimpi itu. Tetapi mereka menjawab, “Ceritakanlah kepada hamba-hambamu mimpi itu, maka kami akan memberitahukan maknanya” (ayat 4).

Raja mengetahui jika mereka benar-benar dapat memberitahukan artinya, mereka dapat juga memberitahukan mimpinya juga. TUHAN dalam pemeliharaan-Nya telah memberikan mimpi ini kepada Nebukadnezar, dan telah membuat rincian-rinciannya terlupakan, sementara kesan yang menakutkan tetap berada di dalam pikirannya, dengan tujuan untuk mengungkapkan kepurapuraan orang-orang bijaksana di Babilon. Raja itu sangat marah, dan mengancam bahwa mereka semua harus dibunuh jika, dalam waktu yang ditentukan, tidak dapat menceritakan mimpi itu. Daniel dan teman-temannya akan dibunuh bersama-sama dengan nabi-nabi palsu itu; namun, dengan mempertaruhkan nyawanya, Daniel pergi menghadap raja, memohon waktu sehingga dia boleh menunjukkan mimpi itu dan artinya.

Raja mengabulkan permohonan ini; dan sekarang Daniel mengumpulkan ketiga teman-temannya, dan mereka bersama-sama membawa masalah itu ke hadapan TUHAN, meminta kebijaksanaan dari Sang Sumber terang dan pengetahuan. Walaupun mereka berada di istana raja, dikelilingi oleh pencobaan, mereka tidak melupakan kewajiban mereka kepada TUHAN. Mereka tetap mengingat dengan teguh bahwa pemeliharaan-Nyalah yang membuat mereka berada pada jabatan mereka sekarang; bahwa mereka sedang menjalankan pekerjaan-Nya, memenuhi tuntutan kebenaran dan tugas. Mereka yakin sepenuhnya kepada TUHAN. Mereka datang kehadirat-Nya untuk memohon kekuatan ketika dalam kebingungan dan bahaya, dan Dia selalu memberikan pertolongan kepada mereka.

Rahasia Diungkapkan

Hamba-hamba Allah tidak memohon dengan sia-sia. Mereka telah menghormati Dia, dan dalam masa-masa pencobaan Dia menghormati mereka. Rahasia itu dibukakan kepada Daniel, dan dia segera memohon untuk menghadap raja.

Tawanan Yahudi itu berdiri di hadapan raja yang paling berkuasa di bumi. Raja sedang dalam kesusahan yang besar di tengah-tengah kekayaan dan kemuliaan, namun anak muda yang dibuang ke pengasingan itu damai dan bahagia di dalam TUHAN-nya. Sekaranglah, jika pernah, waktu bagi Daniel untuk meninggikan dirinya, untuk menonjolkan kebaikan dan kebijaksanaannya yang unggul. Namun usahanya adalah untuk melepaskan segala kehormatan bagi dirinya dan untuk meninggikan TUHAN sebagai sumber kebijaksanaan:
“Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di surga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang” (Daniel 2:27,28). Raja itu mendengarkan dengan perhatian yang khidmat ketika setiap rincian mimpi itu diceritakan kembali; dan ketika maknanya secara tepat diberikan, dia merasa bahwa dia dapat mempercayainya sebagai wahyu ilahi.

Kebenaran-kebenaran yang sungguh-sungguh disampaikan dalam penglihatan pada malam itu membuat kesan yang mendalam pada pikiran raja yang berkuasa itu, dan dalam kerendahan hati dan kekaguman dia bersujud dan menyembah, berkata, “Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia” (ayat 47).

Patung Emas

Cahaya langsung dari Surga telah diizinkan untuk bersinar ke atas Raja Nebukadnezar, dan untuk sementara waktu dia dipengaruhi oleh takut akan TUHAN. Tetapi beberapa tahun penuh kemakmuran mengisi hatinya dengan kesombongan, dan dia melupakan pengakuannya atas TUHAN yang hidup. Dia kembali lagi kepada penyembahan berhalanya dengan semakin semangat dan keras.

Dari harta benda yang diperolehnya dalam peperangan dia membuat sebuah patung emas untuk melambangkan patung yang dia telah lihat dalam mimpinya, mendirikannya di lembah Dura, dan memerintahkan semua penguasa dan rakyat untuk menyembahnya, dengan ancaman hukuman mati. Patung ini berukuran sekitar sembilan puluh kaki tingginya dan sembilan kaki lebarnya, dan dalam pemandangan bangsa penyembah berhala patung itu melambangkan sebuah penampilan yang paling mengesankan dan penuh keagungan. Sebuah pengumuman dikeluarkan untuk mengumpulkan semua pejabat di seluruh kerajaan untuk berkumpul pada saat peresmian patung itu, dan pada saat alat-alat musik dibunyikan, semua harus bersujud menyembahnya. Siapapun yang tidak mematuhi perintah ini, mereka akan segera dilemparkan ke tengah-tengah sebuah perapian yang menyalanyala.

Hari yang ditentukan telah tiba, dan orang-orang yang sangat banyak telah terkumpul, ketika berita disampaikan kepada raja bahwa tiga orang Ibrani yang telah diberikan jabatan untuk menguasai propinsi di Babilon telah menolak untuk menyembah patung itu. Mereka ini adalah tiga sahabat Daniel, yang telah diberi nama oleh raja sebagai Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Dengan amarah yang meluap, raja memanggil mereka ke hadapannya, dan menunjuk ke arah perapian yang menyalanyala itu, memberitahukan hukuman yang akan mereka dapatkan jika mereka menolak untuk menuruti perintahnya.

Sia-sia raja mengancam. Dia tidak dapat menggoyahkan orang-orang mulia ini dari kesetiaan mereka kepada Maha Penguasa segala bangsa. Mereka telah belajar dari sejarah bapa-bapa leluhur mereka bahwa ketidakpatuhan kepada Allah akan menyebabkan kehinaan, bencana dan kehancuran; bahwa takut akan Allah bukan hanya awal dari pada kebijaksanaan tetapi juga dasar dari semua kemakmuran sejati. Mereka menatap perapian itu dengan tenang dan gerombolan penyembah berhala itu. Mereka percaya kepada TUHAN, dan Dia tidak akan meninggalkan mereka sekarang. Jawaban mereka penuh hormat, tetapi tegas: “Hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (Daniel 3:18).

Raja yang sombong itu dikelilingi oleh bangsawan-bangsawan, pejabat-pejabat dari pemerintahan, dan pasukan yang telah menaklukkan bangsa-bangsa; dan semua bersatu dalam menghormati dia sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan dan kuasa atas dewa-dewa. Di tengah-tengah pertunjukkan yang mengesankan itu berdiri tiga pemuda Ibrani, dengan tenang dan teguh dalam penolakan mereka untuk menuruti dekrit sang raja. Mereka selama ini menuruti hukum-hukum yang berlaku di Babilon sejauh hal itu tidak bertentangan dengan perintah Allah, namun mereka tidak akan menyimpang setitikpun dari tugas yang mereka terima dari Pencipta mereka.

Kemarahan raja tidak mengenal batas. Dalam kekuasaan dan kemuliaannya yang sangat tinggi, untuk sedemikian ditentang oleh wakil dari sebuah bangsa yang telah direndahkan dan ditaklukkan merupakan sebuah penghinaan yang tidak dapat ditahan oleh roh kesombongannya. Perapian itu telah dipanaskan tujuh kali lipat dari sebelumnya, dan ke dalamnya dilemparkanlah pemuda-pemuda Ibrani itu. Begitu panasnya api itu, sehingga prajurit yang melemparkan mereka ke dalam ikut terbakar hingga mati.

Dalam Hadirat Yang Mahakuasa

Tiba-tiba air muka raja menjadi pucat karena ketakutan. Matanya terpaku pada nyala api yang berkilauan itu, dan berpaling kepada para menterinya, dia berkata, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” (ayat 24). Jawaban mereka adalah, “Benar, ya raja!” Dan sekarang raja berseru, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” (ayat 25).

Ketika Kristus menunjukkan Diri-Nya kepada anak-anak manusia, sebuah kuasa yang tidak kelihatan berbicara kepada jiwa mereka. Mereka merasakan sendiri akan hadirat Sang Mahakuasa. Di hadapan takhta-Nya, raja-raja dan para penguasa bergetar, dan mengakui bahwa TUHAN yang hidup lebih tinggi di atas segala kekuasaan duniawi.

Dengan penyesalan yang mendalam dan rasa malu, raja berseru, “Hamba-hamba Allah yang mahatinggi, keluarlah dan datanglah kemari” (ayat 26). Dan mereka menurut, menunjukkan bahwa diri mereka tidak terluka oleh api yang sangat panas itu, bahkan bau terbakarpun tidak ada pada pakaian mereka. Mukjizat ini menghasilkan sebuah perubahan telak dalam pikiran bangsa itu. Patung emas yang besar itu, didirikan dengan sedemikian agung, telah dilupakan. Raja mengumumkan sebuah dekrit bahwa barangsiapa yang berbicara menentang TUHAN pemuda-pemuda ini harus dihukum mati, “karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu” (ayat 29).

Integritas Yang Teguh dan Kehidupan Yang Disucikan

Tiga orang Ibrani ini diberkati dengan penyucian sejati. Prinsip Kristen yang benar tidak akan berhenti untuk mempertimbangkan konsekwensi-konsekwensi. Dia tidak akan bertanya “Apa yang akan dipikirkan orang tentangku jika aku tidak melakukan ini?” atau “Apa akibatnya terhadap masa depanku jika aku melakukan itu?” Dengan kerinduan yang teramat besar anak-anak Allah berhasrat untuk mengetahui apa yang akan Dia perintahkan untuk mereka lakukan, sehingga pekerjaan mereka boleh memuliakan-Nya. TUHAN telah membuat persediaan yang limpah sehingga hati dan kehidupan semua umat-Nya boleh dikendalikan oleh karunia ilahi, sehingga mereka boleh menjadi terang di dalam dunia.

Orang-orang Ibrani yang setia ini diberkati dengan kemampuan alamiah, mereka memiliki kecerdasan budaya intelektual tertinggi, dan sekarang menduduki sebuah jabatan terhormat; tetapi semua ini tidak menuntun mereka untuk melupakan TUHAN. Kekuasaan mereka diserahkan kepada pengaruh yang menyucikan dari karunia ilahi. Oleh integritas mereka yang tetap mereka menunjukkan kepujian kepada Dia yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib. Dalam kelepasan mereka yang menakjubkan dipertunjukkan, di hadapan kumpulan besar itu, kuasa dan keagungan TUHAN. Yesus menempatkan diri-Nya di sisi mereka di dalam perapian itu, dan dengan kemuliaan hadirat-Nya menyakinkan raja Babilon bahwa tidak ada allah lain selain Putra Allah. Terang surgawi telah memancari dari Daniel dan sahabat-sahabatnya, hingga semua rekan-rekan mereka memahami iman yang telah memuliakan hidup mereka dan memperindah tabiat mereka. Oleh kelepasan hamba-hamba-Nya yang setia, TUHAN menyatakan bahwa Dia akan menghadapi semua kekuatan duniawi yang menindas dan merubuhkan yang akan menginjak-injak kekuasaan TUHAN di surga.

Sebuah Pelajaran untuk Yang Tawa Hati

Betapa sebuah pelajaran yang diberikan kepada yang tawar hati, bimbang, kecut dalam menghadapi masalah karena TUHAN! Betapa dorongan hebat bagi orang-orang yang tidak akan menyimpang dari tugas karena ancaman atau kematian! Tabiat yang setia dan teguh ini menunjukkan penyucian, sementara mereka tidak terpikir sedikitpun untuk menuntut penghormatan. Jumlah kebaikan yang mungkin dikerjakan tidak terhitung, namun orang-orang Kristen yang tekun tidak dapat diperkirakan hingga catatan kehidupan akan dibukakan, saat penghakiman dimulai dan buku-buku dibukakan.

Kristus menyatakan perhatian-Nya dengan kelompok ini; Dia tidak malu untuk menyebut mereka saudara. Ada ratusan dari mereka yang sekarang berada di antara kita, yang begitu akrab bersekutu dengan TUHAN, kehidupan mereka begitu serasi dengan kehendak-Nya, sehingga mereka akan cemerlang dan memancarkan sinar, disucikan sepenuhnya, dalam jiwa, tubuh, dan roh.

Pertentangan masih terus berlangsung antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan. Nama Kristus akan menggoncangkan kelesuan yang melemahkan upaya mereka, dan harus memenuhi kewajiban-kewajiban penting yang dikembangkan atas mereka. Semua orang yang melakukan ini boleh mengharapkan kuasa Allah untuk dinyatakan di dalam mereka. Putra Allah, Penebus dunia, akan dinyatakan dalam kata-kata dan pekerjaan mereka, dan nama Allah akan dimuliakan….

Sebagaimana pada masa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, demikian juga pada masa penutupan sejarah dunia TUHAN akan bekerja dengan penuh kuat kuasa di pihak orang-orang yang berdiri teguh bagi kebenaran. Dia yang berjalan bersama orang-orang Ibrani di dalam perapian itu akan hadir bersama umat-umat-Nya di manapun mereka berada. Hadirat-Nya yang selalu kekal akan menenangkan dan menguatkan. Di tengah-tengah masa kesukaran—kesukaran yang belum pernah ada sejak adanya sebuah bangsa—umat-umat pilihan-Nya akan berdiri tidak tergoyahkan. Setan bersama semua malaikat-malaikat kejahatannya tidak dapat memusnahkan umat-umat suci Allah yang terlemah. Malaikat yang unggul dalam kekuatan akan melindungi mereka, dan di pihak mereka Yehovah akan menyatakan diri-Nya sebagai “TUHAN atas segala tuhan,” mampu menyelamatkan sepenuhnya orang-orang yang telah meletakkan iman mereka di dalam Dia.—Prophets and Kings, hal. 513.