Google

2.21.2006

Bab 4 - Perapian Yang Menyalanyala

Kehidupan yang Disucikan – Bab 4

Perapian yang Menyalanyala

Dalam tahun yang sama saat Daniel dan teman-temannya memulai tugas-tugas mereka dalam kerajaan Babilon, peristiwa-peristiwa yang dengan berat menguji integritas pemuda-pemuda Ibrani ini terjadi dan membuktikan di hadapan negeri penyembah berhala itu kekuasaan dan kesetiaan Allah Israel.

Ketika Raja Nebukadnezar sedang dengan gelisah mencari ramalan-ramalan untuk masa depan, dia mendapat mimpi yang luar biasa, yang sangat menyusahkannya, “dan ia tidak dapat tidur” (Daniel 2:1). Namun walaupun penglihatan pada malam itu sangat membekas dalam pikirannya, dia tidak dapat mengingat dengan jelas mimpi tersebut. Dia memanggil ahli-ahli perbintangan dan ahli-ahli nujumnya, dan dengan menjanjikan kekayaan dan kehormatan yang besar memerintahkan mereka untuk menceritakan kepadanya mimpinya dan arti dari mimpi itu. Tetapi mereka menjawab, “Ceritakanlah kepada hamba-hambamu mimpi itu, maka kami akan memberitahukan maknanya” (ayat 4).

Raja mengetahui jika mereka benar-benar dapat memberitahukan artinya, mereka dapat juga memberitahukan mimpinya juga. TUHAN dalam pemeliharaan-Nya telah memberikan mimpi ini kepada Nebukadnezar, dan telah membuat rincian-rinciannya terlupakan, sementara kesan yang menakutkan tetap berada di dalam pikirannya, dengan tujuan untuk mengungkapkan kepurapuraan orang-orang bijaksana di Babilon. Raja itu sangat marah, dan mengancam bahwa mereka semua harus dibunuh jika, dalam waktu yang ditentukan, tidak dapat menceritakan mimpi itu. Daniel dan teman-temannya akan dibunuh bersama-sama dengan nabi-nabi palsu itu; namun, dengan mempertaruhkan nyawanya, Daniel pergi menghadap raja, memohon waktu sehingga dia boleh menunjukkan mimpi itu dan artinya.

Raja mengabulkan permohonan ini; dan sekarang Daniel mengumpulkan ketiga teman-temannya, dan mereka bersama-sama membawa masalah itu ke hadapan TUHAN, meminta kebijaksanaan dari Sang Sumber terang dan pengetahuan. Walaupun mereka berada di istana raja, dikelilingi oleh pencobaan, mereka tidak melupakan kewajiban mereka kepada TUHAN. Mereka tetap mengingat dengan teguh bahwa pemeliharaan-Nyalah yang membuat mereka berada pada jabatan mereka sekarang; bahwa mereka sedang menjalankan pekerjaan-Nya, memenuhi tuntutan kebenaran dan tugas. Mereka yakin sepenuhnya kepada TUHAN. Mereka datang kehadirat-Nya untuk memohon kekuatan ketika dalam kebingungan dan bahaya, dan Dia selalu memberikan pertolongan kepada mereka.

Rahasia Diungkapkan

Hamba-hamba Allah tidak memohon dengan sia-sia. Mereka telah menghormati Dia, dan dalam masa-masa pencobaan Dia menghormati mereka. Rahasia itu dibukakan kepada Daniel, dan dia segera memohon untuk menghadap raja.

Tawanan Yahudi itu berdiri di hadapan raja yang paling berkuasa di bumi. Raja sedang dalam kesusahan yang besar di tengah-tengah kekayaan dan kemuliaan, namun anak muda yang dibuang ke pengasingan itu damai dan bahagia di dalam TUHAN-nya. Sekaranglah, jika pernah, waktu bagi Daniel untuk meninggikan dirinya, untuk menonjolkan kebaikan dan kebijaksanaannya yang unggul. Namun usahanya adalah untuk melepaskan segala kehormatan bagi dirinya dan untuk meninggikan TUHAN sebagai sumber kebijaksanaan:
“Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di surga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang” (Daniel 2:27,28). Raja itu mendengarkan dengan perhatian yang khidmat ketika setiap rincian mimpi itu diceritakan kembali; dan ketika maknanya secara tepat diberikan, dia merasa bahwa dia dapat mempercayainya sebagai wahyu ilahi.

Kebenaran-kebenaran yang sungguh-sungguh disampaikan dalam penglihatan pada malam itu membuat kesan yang mendalam pada pikiran raja yang berkuasa itu, dan dalam kerendahan hati dan kekaguman dia bersujud dan menyembah, berkata, “Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia” (ayat 47).

Patung Emas

Cahaya langsung dari Surga telah diizinkan untuk bersinar ke atas Raja Nebukadnezar, dan untuk sementara waktu dia dipengaruhi oleh takut akan TUHAN. Tetapi beberapa tahun penuh kemakmuran mengisi hatinya dengan kesombongan, dan dia melupakan pengakuannya atas TUHAN yang hidup. Dia kembali lagi kepada penyembahan berhalanya dengan semakin semangat dan keras.

Dari harta benda yang diperolehnya dalam peperangan dia membuat sebuah patung emas untuk melambangkan patung yang dia telah lihat dalam mimpinya, mendirikannya di lembah Dura, dan memerintahkan semua penguasa dan rakyat untuk menyembahnya, dengan ancaman hukuman mati. Patung ini berukuran sekitar sembilan puluh kaki tingginya dan sembilan kaki lebarnya, dan dalam pemandangan bangsa penyembah berhala patung itu melambangkan sebuah penampilan yang paling mengesankan dan penuh keagungan. Sebuah pengumuman dikeluarkan untuk mengumpulkan semua pejabat di seluruh kerajaan untuk berkumpul pada saat peresmian patung itu, dan pada saat alat-alat musik dibunyikan, semua harus bersujud menyembahnya. Siapapun yang tidak mematuhi perintah ini, mereka akan segera dilemparkan ke tengah-tengah sebuah perapian yang menyalanyala.

Hari yang ditentukan telah tiba, dan orang-orang yang sangat banyak telah terkumpul, ketika berita disampaikan kepada raja bahwa tiga orang Ibrani yang telah diberikan jabatan untuk menguasai propinsi di Babilon telah menolak untuk menyembah patung itu. Mereka ini adalah tiga sahabat Daniel, yang telah diberi nama oleh raja sebagai Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Dengan amarah yang meluap, raja memanggil mereka ke hadapannya, dan menunjuk ke arah perapian yang menyalanyala itu, memberitahukan hukuman yang akan mereka dapatkan jika mereka menolak untuk menuruti perintahnya.

Sia-sia raja mengancam. Dia tidak dapat menggoyahkan orang-orang mulia ini dari kesetiaan mereka kepada Maha Penguasa segala bangsa. Mereka telah belajar dari sejarah bapa-bapa leluhur mereka bahwa ketidakpatuhan kepada Allah akan menyebabkan kehinaan, bencana dan kehancuran; bahwa takut akan Allah bukan hanya awal dari pada kebijaksanaan tetapi juga dasar dari semua kemakmuran sejati. Mereka menatap perapian itu dengan tenang dan gerombolan penyembah berhala itu. Mereka percaya kepada TUHAN, dan Dia tidak akan meninggalkan mereka sekarang. Jawaban mereka penuh hormat, tetapi tegas: “Hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu” (Daniel 3:18).

Raja yang sombong itu dikelilingi oleh bangsawan-bangsawan, pejabat-pejabat dari pemerintahan, dan pasukan yang telah menaklukkan bangsa-bangsa; dan semua bersatu dalam menghormati dia sebagai orang yang memiliki kebijaksanaan dan kuasa atas dewa-dewa. Di tengah-tengah pertunjukkan yang mengesankan itu berdiri tiga pemuda Ibrani, dengan tenang dan teguh dalam penolakan mereka untuk menuruti dekrit sang raja. Mereka selama ini menuruti hukum-hukum yang berlaku di Babilon sejauh hal itu tidak bertentangan dengan perintah Allah, namun mereka tidak akan menyimpang setitikpun dari tugas yang mereka terima dari Pencipta mereka.

Kemarahan raja tidak mengenal batas. Dalam kekuasaan dan kemuliaannya yang sangat tinggi, untuk sedemikian ditentang oleh wakil dari sebuah bangsa yang telah direndahkan dan ditaklukkan merupakan sebuah penghinaan yang tidak dapat ditahan oleh roh kesombongannya. Perapian itu telah dipanaskan tujuh kali lipat dari sebelumnya, dan ke dalamnya dilemparkanlah pemuda-pemuda Ibrani itu. Begitu panasnya api itu, sehingga prajurit yang melemparkan mereka ke dalam ikut terbakar hingga mati.

Dalam Hadirat Yang Mahakuasa

Tiba-tiba air muka raja menjadi pucat karena ketakutan. Matanya terpaku pada nyala api yang berkilauan itu, dan berpaling kepada para menterinya, dia berkata, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” (ayat 24). Jawaban mereka adalah, “Benar, ya raja!” Dan sekarang raja berseru, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” (ayat 25).

Ketika Kristus menunjukkan Diri-Nya kepada anak-anak manusia, sebuah kuasa yang tidak kelihatan berbicara kepada jiwa mereka. Mereka merasakan sendiri akan hadirat Sang Mahakuasa. Di hadapan takhta-Nya, raja-raja dan para penguasa bergetar, dan mengakui bahwa TUHAN yang hidup lebih tinggi di atas segala kekuasaan duniawi.

Dengan penyesalan yang mendalam dan rasa malu, raja berseru, “Hamba-hamba Allah yang mahatinggi, keluarlah dan datanglah kemari” (ayat 26). Dan mereka menurut, menunjukkan bahwa diri mereka tidak terluka oleh api yang sangat panas itu, bahkan bau terbakarpun tidak ada pada pakaian mereka. Mukjizat ini menghasilkan sebuah perubahan telak dalam pikiran bangsa itu. Patung emas yang besar itu, didirikan dengan sedemikian agung, telah dilupakan. Raja mengumumkan sebuah dekrit bahwa barangsiapa yang berbicara menentang TUHAN pemuda-pemuda ini harus dihukum mati, “karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu” (ayat 29).

Integritas Yang Teguh dan Kehidupan Yang Disucikan

Tiga orang Ibrani ini diberkati dengan penyucian sejati. Prinsip Kristen yang benar tidak akan berhenti untuk mempertimbangkan konsekwensi-konsekwensi. Dia tidak akan bertanya “Apa yang akan dipikirkan orang tentangku jika aku tidak melakukan ini?” atau “Apa akibatnya terhadap masa depanku jika aku melakukan itu?” Dengan kerinduan yang teramat besar anak-anak Allah berhasrat untuk mengetahui apa yang akan Dia perintahkan untuk mereka lakukan, sehingga pekerjaan mereka boleh memuliakan-Nya. TUHAN telah membuat persediaan yang limpah sehingga hati dan kehidupan semua umat-Nya boleh dikendalikan oleh karunia ilahi, sehingga mereka boleh menjadi terang di dalam dunia.

Orang-orang Ibrani yang setia ini diberkati dengan kemampuan alamiah, mereka memiliki kecerdasan budaya intelektual tertinggi, dan sekarang menduduki sebuah jabatan terhormat; tetapi semua ini tidak menuntun mereka untuk melupakan TUHAN. Kekuasaan mereka diserahkan kepada pengaruh yang menyucikan dari karunia ilahi. Oleh integritas mereka yang tetap mereka menunjukkan kepujian kepada Dia yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib. Dalam kelepasan mereka yang menakjubkan dipertunjukkan, di hadapan kumpulan besar itu, kuasa dan keagungan TUHAN. Yesus menempatkan diri-Nya di sisi mereka di dalam perapian itu, dan dengan kemuliaan hadirat-Nya menyakinkan raja Babilon bahwa tidak ada allah lain selain Putra Allah. Terang surgawi telah memancari dari Daniel dan sahabat-sahabatnya, hingga semua rekan-rekan mereka memahami iman yang telah memuliakan hidup mereka dan memperindah tabiat mereka. Oleh kelepasan hamba-hamba-Nya yang setia, TUHAN menyatakan bahwa Dia akan menghadapi semua kekuatan duniawi yang menindas dan merubuhkan yang akan menginjak-injak kekuasaan TUHAN di surga.

Sebuah Pelajaran untuk Yang Tawa Hati

Betapa sebuah pelajaran yang diberikan kepada yang tawar hati, bimbang, kecut dalam menghadapi masalah karena TUHAN! Betapa dorongan hebat bagi orang-orang yang tidak akan menyimpang dari tugas karena ancaman atau kematian! Tabiat yang setia dan teguh ini menunjukkan penyucian, sementara mereka tidak terpikir sedikitpun untuk menuntut penghormatan. Jumlah kebaikan yang mungkin dikerjakan tidak terhitung, namun orang-orang Kristen yang tekun tidak dapat diperkirakan hingga catatan kehidupan akan dibukakan, saat penghakiman dimulai dan buku-buku dibukakan.

Kristus menyatakan perhatian-Nya dengan kelompok ini; Dia tidak malu untuk menyebut mereka saudara. Ada ratusan dari mereka yang sekarang berada di antara kita, yang begitu akrab bersekutu dengan TUHAN, kehidupan mereka begitu serasi dengan kehendak-Nya, sehingga mereka akan cemerlang dan memancarkan sinar, disucikan sepenuhnya, dalam jiwa, tubuh, dan roh.

Pertentangan masih terus berlangsung antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan. Nama Kristus akan menggoncangkan kelesuan yang melemahkan upaya mereka, dan harus memenuhi kewajiban-kewajiban penting yang dikembangkan atas mereka. Semua orang yang melakukan ini boleh mengharapkan kuasa Allah untuk dinyatakan di dalam mereka. Putra Allah, Penebus dunia, akan dinyatakan dalam kata-kata dan pekerjaan mereka, dan nama Allah akan dimuliakan….

Sebagaimana pada masa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, demikian juga pada masa penutupan sejarah dunia TUHAN akan bekerja dengan penuh kuat kuasa di pihak orang-orang yang berdiri teguh bagi kebenaran. Dia yang berjalan bersama orang-orang Ibrani di dalam perapian itu akan hadir bersama umat-umat-Nya di manapun mereka berada. Hadirat-Nya yang selalu kekal akan menenangkan dan menguatkan. Di tengah-tengah masa kesukaran—kesukaran yang belum pernah ada sejak adanya sebuah bangsa—umat-umat pilihan-Nya akan berdiri tidak tergoyahkan. Setan bersama semua malaikat-malaikat kejahatannya tidak dapat memusnahkan umat-umat suci Allah yang terlemah. Malaikat yang unggul dalam kekuatan akan melindungi mereka, dan di pihak mereka Yehovah akan menyatakan diri-Nya sebagai “TUHAN atas segala tuhan,” mampu menyelamatkan sepenuhnya orang-orang yang telah meletakkan iman mereka di dalam Dia.—Prophets and Kings, hal. 513.

2.17.2006

Bab 3 - Pengendalian Selera dan Nafsu

Kehidupan Yang Disucikan – Bab 3

Pengendalian Selera dan Nafsu

“Menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging, yang berjuang melawan jiwa,” adalah bahasa rasul Petrus (1 Petrus 2:11). Banyak yang memandang ayat ini sebagai sebuah amaran terhadap ketidakbermoralan saja, tetapi dia memiliki arti yang lebih luas. Dia melarang setiap pemuasan selera atau nafsu yang berbahaya. Biarlah tidak seorangpun yang mengaku saleh melalaikan kesehatan tubuh, dan menyanjung diri mereka dengan menganggap ketidakbertarakan bukanlah dosa, dan tidak akan mempengaruhi kerohanian mereka. Ada sebuah hubungan yang erat antara sifat alamiah tubuh dan moral. Segala kebiasaan yang tidak meningkatkan kesehatan merendahkan kecakapan yang lebih tinggi dan lebih mulia. Kebiasaan makan dan minum yang salah menuntun kepada kesalahan dalam pemikiran dan tindakan. Pemuasan selera memperkuat kecenderungan-kecenderungan hewani, membuat mereka berkuasa atas kekuatan mental dan rohani.

Adalah tidak mungkin bagi siapapun untuk menikmati berkat penyucian sementara mereka bersikap mementingkan diri dan rakus. Banyak keluh kesah di bawah tekanan beban kelemahan-kelemahan karena kebiasaan-kebiasaan makan dan minum yang salah, yang melanggar hukum-hukum kehidupan dan kesehatan. Mereka melemahkan organ pencernaan mereka dengan menuruti selerah yang jahat. Kekuatan tubuh manusia untuk melawan penyalahgunaan terhadapnya sangat bagus, namun kebiasaan-kebiasaan salah yang terus-menerus dalam makan dan minum yang berlebihan akan melemahkan setiap fungsi tubuh. Dalam memuaskan selera dan nafsu mereka yang jahat, bahkan orang-orang Kristen yang bersungguh-sungguh pun dapat menyebabkan alam menjadi pincang dalam usahanya membentuk daya fisik, mental dan moral yang kuat dalam diri kita. Biarlah mereka yang lemah dalam soal ini memikirkan betapa mereka bisa menjadi suatu kuasa yang berpengaruh untuk kebaikan seandainya mereka telah menghidupkan kehidupan yang bertarak dan mempromosikan kesehatan gantinya melecehkannya.

Bukan sebuah Norma yang Tidak Mungkin

Ketika Paulus menulis, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya” (1 Tesalonika 5:23), dia tidak mendesak saudara-saudaranya untuk menuju pada sebuah norma yang tidak mungkin untuk mereka raih; dia tidak berdoa agar mereka boleh menerima berkat yang Allah tidak berkenaan untuk berikan. Dia mengetahui bahwa semua orang yang bersedia untuk bertemu Kristus di dalam damai harus memiliki sebuah tabiat yang murni dan suci. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh satu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh satu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:25-27). “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19,20).

Sebuah Persembahan Yang Tidak Tercemar

Kembali, rasul menulis kepada umat percaya, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Petunjuk-petunjuk yang jelas diberikan kepada bangsa Israel purba bahwa hewan yang sakit atau cacat tidak boleh dipersembahkan kepada Allah. Hanya yang paling sempurna dipilih untuk tujuan ini. TUHAN, melalui nabi Maleakhi, sering kali menegur umat-Nya karena menyimpang dari perintah-perintah ini.

“Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? Firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: “Meja TUHAN boleh dihinakan!” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenaan kepadamu, apa lagi menyambut engkau dengan baik? Firman TUHAN semesta alam…. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenaankah aku menerimanya dari tanganmu? Firman TUHAN” (Maleakhi 1:6-13).

Walaupun ditujukan kepada bangsa Israel purba, firman ini berisi sebuah pelajaran bagi umat TUHAN pada zaman ini. Ketika rasul mengajak saudara-saudaranya untuk mempersembahkan tubuh mereka “sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah,” dia mengajukan prinsip-prinsip dari penyucian yang benar. Dia bukan sekedar teori belaka, sebuah perasaan, atau sebuah bentuk dari kata-kata, tetapi sebuah kehidupan, prinsip-prinsip aktif, masuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dia menuntut bahwa kebiasaan-kebiasaan makan, minum, dan berpakaian kita menjadi benar-benar untuk mendapatkan penjagaan kesehatan fisik, mental dan moral, sehingga kita boleh mempersembahkan tubuh kita kepada TUHAN, bukan sebuah persembahan yang dirusakkan oleh kebiasaan-kebiasaan salah, namun “sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah”.

Zat-Zat Perangsang dan Narkotika

Nasehat Petrus untuk menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging adalah amaran yang sangat langsung dan memaksa terhadap penggunaan segala bahan-bahan perangsang dan narkotika seperti the, kopi, tembakau, alkohol, dan morfin. Kegemaran-kegemaran terhadap bahan-bahan ini dapat digolongkan kepada keinginan-keinginan daging yang mendesak sebuah pengaruh jahat ke atas tabiat moral. Semakin dini kebiasaan-kebiasaan merusak ini dibentuk, semakin kuat mereka mencengkeram korbannya di dalam perbudakan nafsu, dan semakin pasti mereka akan merendahkan norma kerohanian.

Pelajaran Alkitab akan lemah sekali pengaruh dan kesannya kepada mereka yang jiwa raganya dibebalkan oleh pemuasan nafsu diri. Ribuan orang akan mengorbankan bukan hanya kesehatan dan hidup tetapi juga pengharapan mereka akan surga sebelum mereka mau berperang melawan selera-selera mereka yang jahat. Seorang wanita yang selama bertahun-tahun menyatakan dirinya telah disucikan, membuat pernyataan bahwa jika dia harus meninggalkan pipa tembakaunya atau surga, maka dia akan berkata, “Selamat tinggal, surga; Aku tidak dapat mengalahkan kecintaanku kepada pipaku.” Berhala ini telah dikeramatkan di dalam jiwa, menginggalkan tempat yang lebih rendah bagi Yesus. Namun wanita ini menyatakan dirinya sepenuhnya milik TUHAN!

Keinginan-Keinginan Yang Berjuang Melawan Jiwa

Dimanapun mereka berada, orang-orang yang sungguh-sungguh disucikan akan meninggikan standar moral dengan memelihara kebiasaan-kebiasaan jasmani yang benar, dan, seperti Daniel, mempersembahkan kepada orang lain sebuah teladan pertarakan dan penyangkalan diri. Setiap selera yang bejad menjadi sebuah keinginan yang diperangi. Segala hal yang bertentangan dengan hukum alam menciptakan sebuah keadaan sakit bagi jiwa. Penurutan selera menghasilkan sebuah pencernaan yang terganggu, sebuah hati yang lamban, sebuah otak yang keruh, dan dengan demikian merusak tabiat dan roh manusia itu. Dan hal-hal ini melemahkan kekuatan yang dipersembahkan kepada TUHAN, yang menolak untuk menerima korban-korban untuk persembahan kecuali mereka tanpa sebuah cacad! Adalah tugas kita untuk membawa selera-selera dan kebiasaan-kebiasaan hidup kita ke dalam keselarasan dengan hukum alam. Jika tubuh yang dipersembahkan di atas mezbah Kristus diperiksa dengan sangat teliti seperti yang dilakukan pada hewan-hewan kurban bangsa Yahudi, siapakah yang akan diterima?

Dengan perawatan apakah orang-orang Kristen harus mengatur kebiasaan-kebiasaan mereka, sehingga mereka boleh menjaga kekuatan penuh dari setiap indera yang diberikan untuk melayani Kristus. Jika kita mau disucikan, dalam jiwa, tubuh dan roh, kita harus hidup dalam kesesuaian terhadap hukum ilahi. Hati tidak dapat menjaga pengabdian kepada Allah sementara selera-selera dan nafsu-nafsu dituruti dengan mengorbankan kesehatan dan kehidupan. Orang-orang yang melanggar hukum-hukum di mana kesehatan bergantung, harus menderita hukuman. Mereka telah membuat kemampuan mereka begitu terbatas dari setiap sehingga tidak dapat dengan layak melaksanakan tugas-tugas mereka kepada sesama mereka manusia, dan mereka sama sekali tidak dapat memenuhi tuntutan Allah. 30

Ketika Lord Palmerston, perdana menteri Inggris, dimohonkan oleh pendeta Skotlandia untuk menentukan sebuah hari berpuasa dan berdoa untuk mencegah kolera, dia menjawab permohonan itu, “Bersihkan dan sucihamakan jalanan dan rumah-rumah kalian, tingkatkan kebersihan dan kesehatan di kalangan orang miskin, dan perhatikan apakah mereka memiliki cukup persediaan makanan dan pakaian yang baik, kerjakan langkah-langkah kebersihan secara menyeluruh, dan kalian tidak perlu perayaan khusus untuk berpuasa dan berdoa. TUHAN tidak akan mendengar doa kalian sementara tindakan pencegahan-pencegahan ini tidak dipedulikan.”

Paulus berkata, “Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2 Korintus 7:1). Dia mempersembahkan kemerdekaan yang dapat dinikmati oleh penyucian yang sejati sebagai dorongan bagi kita: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus… yang hidup tidak menurut daging, tetapi menurut Roh” (Roma 8:1-4). Dia menuntut orang-orang di Galatia, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Dia menamakan bentuk-bentuk dari keinginan daging—“penyembahan berhala, sihir, perseteruan, …kemabukan, pesta pora, dan sebagainya” (ayat 20, 21). Dan setelah menyebutkan buah-buah Roh, yang di antaranya adalah pertarakan (penguasaan diri), dia menambahkan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (ayat 24).

Tembakau

Yakobus berkata bahwa kebijaksanaan yang berasal dari surga adalah “pertama-tama murni” (Yakobus 3:17). Jika dia telah melihat saudara-saudaranya menggunakan tembakau, tidakkah dia akan menyembutkannya sebagai “dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan” (ayat 15)? Pada zaman terang Kristen ini, betapa sering bibir yang menyebutkan nama Kristus yang mulia itu dicemari oleh tembakau dan nafas yang dikotori oleh bau busuk. Tentu, jiwa yang dapat menikmati kecemaran seperti itu sudah pasti tercemar juga. Seperti saya pernah melihat orang-orang yang menyatakan diri telah menikmati berkat penyucian sepenuhnya, sementara mereka menjadi budak tembakau, mengotori segala sesuatu yang ada di sekitar mereka, saya memiliki pemikiran, bagaimana keadaan surga bila para pemakai tembakau ada di sana? Firman TUHAN secara jelas menyatakan bahwa “tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis” (Wahyu 21:27). Bagaimana, kemudian, orang-orang yang menuruti kebiasaan-kebiasaan najis ini bisa berharap untuk diterima di sana?

Orang-orang yang mengaku saleh mempersembahkan diri mereka di atas mezbah Setan dan membakar dupa tembakau kepada setan junjungannya. Apakah pernyataan ini kelihatan keras? Tentunya, persembahan di persembahkan kepada tuhan. Sebagaimana Allah adalah suci dan mulia, dan tidak akan menerima apapun yang tercemar dalam tabiatnya, Dia harus menolak pengorbanan yang mahal, najis, dan tidak suci ini; dengan demikian kita menyimpulkan bahwa Setan adalah orang yang menuntut penghormatan seperti ini.

Yesus mati untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman Setan. Dia datang untuk membebaskan kita melalui darah korban pendamaian-Nya. Manusia yang telah menjadi milik Yesus Kristus, dan yang tubuhnya adalah kaabah Roh Kudus, tidak akan diperbudak oleh kebiasaan merusak dari penggunaan tembakau. Kekuatannya adalah milik Kristus, yang telah membelinya dengan harga darah. Dia adalah milik TUHAN. Bagaimana, kemudian, dia bisa tidak merasa bersalah dalam membelanjakan uang yang setiap hari TUHAN percayakan untuk memenuhi sebuah selera yang tidak memiliki dasar di dalam alam? 32

Sebuah jumlah yang sangat besar dihambur-hamburkan setiap tahun untuk menuruti selera ini, sementara jiwa-jiwa mati terhadap firman kehidupan. Orang-orang yang mengaku Kristen merampas TUHAN dalam persepuluhan dan persembahan, sementara mereka mempersembahkan pada mezbah keinginan yang membinasakan, dalam penggunaan tembakau, lebih dari pada yang mereka beri untuk menolong orang-orang miskin atau menyediakan kebutuhan-kebutuhan dari pekerjaan TUHAN. Orang-orang yang sungguh-sungguh disucikan akan mengalahkan setiap keinginan yang merusak. Kemudian semua saluran-saluran pengeluaran yang tidak perlu ini akan diserahkan kepada perbendaharaan TUHAN, dan orang-orang Kristen akan memimpin dalam penyangkalan diri, pengorbanan diri, dan pengendalian diri (pertarakan). Kemudian mereka akan menjadi terang dunia.

Teh dan Kopi

Teh dan kopi, sebagaimana tembakau, memiliki sebuah akibat yang merusak kepada sistem syaraf. Teh adalah memabukkan. Walaupun rendah kadarnya, sifat efeknya sama seperti minuman beralkohol. Kopi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengaburkan kemampuan berpikir dan mematikan enerji. Dia tidak sekuat tembakau, tetapi memiliki efek yang mirip. Pendapat-pendapat yang melawan tembakau boleh juga didesakkan melawan penggunaan teh dan kopi.

Ketika orang-orang yang berada dalam kebiasaan penggunaan teh, kopi, tembakau, opium, atau minuman beralkohol dicabut dari menuruti kebiasaan diri, mereka menemukan tidak mungkin untuk ikut serta dengan penuh perhatian dan semangat dalam menyembah Allah. Karunia ilahi kelihatannya tidak berkuasa untuk menghidupkan atau mengangkat doa-doa mereka atau kesaksian-kesaksian mereka. Orang-orang yang mengaku Kristen ini harus memikirkan sumber dari kesenangan mereka. Apakah itu dari surga, atau dari dunia?

Kepada pengguna zat-zat perangsang, segala sesuatu kelihatannya hambar tanpa kegemaran yang mereka sayangi. Hal ini mematikan kemampuan perasaan baik tubuh dan pikiran dan membuatnya kurang peka terhadap pengaruh dari Roh Kudus. Jika dijauhkan dari zat-zat perangsang yang biasa dia pakai, dia merasakan kebutuhan tubuh dan jiwanya, bukan terhadap kebenaran, bukan terhadap kesucian, bukan terhadap hadirat Allah, tetapi terhadap berhala yang dia inginkan. Dalam kegemaran akan keinginan-keinginan daging, orang-orang yang mengaku Kristen setiap hari melemahkan kekuatan mereka, membuatnya tidak mungkin untuk memuliakan Allah.

2.15.2006

Bab 2 - Prinsip-Prinsip Pertarakan Daniel

Kehidupan Yang Disucikan – Bab 2

Prinsip-Prinsip Pertarakan Daniel

Nabi Daniel adalah sebuah karakter yang sangat terkenal. Dia adalah sebuah teladan yang cemerlang dari apa yang dapat dicapai oleh manusia bila bersatu dengan TUHAN kebijaksanaan. Sebuah cerita singkat tentang kehidupan orang kudus Allah ini dicatat untuk menjadi dorongan bagi orang-orang yang dipanggil untuk menghadapi pengodaan dan pencobaan di kemudian hari.

Ketika bangsa Israel, raja-raja mereka, para bangsawan, dan imam-imam dibawa ke penawanan, empat dari mereka dipilih untuk melayani di dalam istana raja Babilon. Salah satu dari mereka adalah Daniel, yang diberkati dengan perkembangan kemampuan yang luar biasa pada tahun-tahun berikutnya. Orang-orang muda ini seperti keturunan para bangsawan, dan digambarkan sebagai “orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak, dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu” (Daniel 1:4). Menyadari bakat-bakat unggul dari tawanan-tawanan muda ini, Raja Nebukadnezar bertekad mempersiapkan mereka untuk mengisi jabatan-jabatan penting di dalam kerajaannya. Agar mereka sepenuhnya memenuhi persyaratan untuk mengabdi di istana, menurut kebiasaan Timur, mereka diajarkan bahasa Kasdim, dan mengikuti kuliah selama tiga tahun melalui rangkaian disiplin jasmani dan intelektual yang seksama.

Pemuda di sekolah ini dilatih bukan hanya untuk diterima di istana raja, tetapi juga telah ditetapkan bahwa mereka harus menyantap makanan dan minuman dari meja raja. Dalam hal ini raja menganggap bahwa dia bukan saja memberikan kehormatan kepada mereka, tetapi juga menolong mereka untuk mencapai perkembangan fisik dan mental yang terbaik.

Menghadapi Ujian

Di antara bahan makanan pilihan yang disajikan di hadapan raja terdapatlah daging babi dan daging-daging lain yang dinyatakan haram oleh hukum Musa, dan terlarang bagi orang-orang Ibrani untuk dimakan. Di sini Daniel dibawa kepada sebuah ujian yang berat. Haruskah ia patuh kepada ajaran-ajaran bapa-bapa leluhurnya tentang makanan dan minuman, dan menyinggung perasaan raja, dan mungkin bukan saja kehilangan jabatannya tetapi juga nyawanya? Atau haruskah dia melanggar hukum TUHAN, dan menerima kemurahan hati raja, sekaligus mendapatkan keuntungan intelektual yang hebat dan harapan-harapan duniawi yang sangat menyanjung?

Daniel tidak lama dalam keraguan. Dia memutuskan untuk berdiri teguh di dalam integritasnya, apapun akibatnya. Dia “berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja” (Daniel 1:8).

Bukan Picik atau Berpendirian Keras

Ada banyak diantara orang-orang yang mengaku sebagai Kristen dewasa ini yang menganggap bahwa Daniel itu berpandangan terlalu picik, dan dengan kata lain menyebutkan dia sebagai seorang yang berpikiran sempit dan merasa diri sendiri benar. Mereka menganggap soal makanan dan minuman itu merupakan soal yang terlalu sepele untuk menuntut sikap yang begitu tegas—suatu keputusan yang ada kemungkinan melibatkan pengorbanan dari semua kesempatan baik diatas dunia. Tapi mereka yang mempunyai pemikiran seperti itu akan mendapati pada hari penghukuman bahwa mereka telah berpaling dari tuntutan Allah yang tegas dan membentuk opini pribadi mereka mengenai ukuran yang harus digunakan menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka akan mendapati bahwa apa yang pada pandangan mereka tampaknya tidak penting bukanlah demikian pada pandangan Tuhan Allah. Tuntutan-tuntutan-Nya harus dipatuhi. Orang-orang yang menerima dan menuruti salah satu dari aturan-aturan-Nya hanya karena itu tidak menyusahkan untuk dilakukan, sementara mereka menolak yang lain karena ketaatan terhadap aturan itu menuntut sebuah pengorbanan, merendahkan standar kebenaran dan oleh teladan mereka menuntun orang lain untuk meremehkan hukum TUHAN yang suci itu. “Demikianlah sabda TUHAN” haruslah menjadi peraturan kita dalam segala hal.

Sebuah Tabiat yang Tidak Bercela

Daniel dihadapkan kepada penggodaan-penggodaan terberat yang dapat menyerang orang-orang muda pada zaman ini; namun dia setia kepada perintah agama yang diterimanya pada masa anak-anaknya. Dia dikelilingi oleh pengaruh-pengaruh yang diperhitungkan dapat menumbangkan orang-orang yang mau terombang-ambing antara prinsip dan kehendak hati; namun Firman TUHAN memberikannya sebuah tabiat yang tidak bercela. Daniel berani untuk tidak mempercayai kekuatan moralnya sendiri. Baginya berdoa adalah suatu kebutuhan. Dia menjadikan Allah sebagai kekuatannya, dan takut akan TUHAN terus-menerus ada padanya di dalam segala urusan kehidupannya.

Daniel diberkati karunia kelemahlembutan sejati. Dia setia, teguh, dan mulia. Dia berusaha hidup dalam damai dengan semua orang, sementara dia tidak dapat dibengkokkan seperti pohon cedar yang teguh dimanapun prinsip dilibatkan. Dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan kesetiaannya kepada Allah, dia hormat dan patuh kepada orang-orang yang memiliki kekuasaan di atasnya; namun dia sangat meninggikan tuntutan-tuntutan TUHAN sehingga peraturan-peraturan penguasa dunia ditempatkannya pada posisi yang lebih rendah. Dia tidak akan mau dipengaruhi oleh segala pertimbangan yang mementingkan diri untuk menyimpang dari tugasnya.

Tabiat Daniel diperlihatkan kepada dunia sebagai sebuah teladan yang menemplak tentang apa yang karunia Allah dapat lakukan dari manusia yang secara alamiah telah jatuh dan rusak oleh dosa. Catatan keagungannya, kehidupan yang penuh penyangkalan diri, adalah sebuah dorongan terhadap kemanusiaan kita yang biasa. Dari hal itu kita boleh mendapatkan kekuatan yang mulia untuk melawan pengodaan, dan secara teguh, dan di dalam karunia kelemahlembutan, berdiri untuk kebenaran di bawah pencobaan yang terberat.

Persetujuan TUHAN Lebih Berharga Dari Pada Hidup

Daniel mungkin telah menemukan sebuah alasan yang masuk akal untuk meninggalkan kebiasaan bertaraknya yang teguh; tetapi persetujuan TUHAN lebih berharga baginya dari pada kemurahan hati raja yang paling berkuasa di bumi—lebih berharga dari pada kehidupan itu sendiri. Dengan sopan santun dia memohon kemurahan hati Melzar, pejabat yang bertanggungjawab terhadap pemuda Ibrani ini, Daniel membuat permintaan bahwa mereka tidak boleh memakan santapan dan minuman raja. Melzar takut jika dia harus memenuhi permintaan ini, dia bisa mendatangkan ketidaksenangan raja, dan dengan demikian membahayakan hidupnya sendiri. Seperti kebanyakan pada zaman sekarang, dia berpikir bahwa makanan yang bebas dari daging dan minuman keras akan membuat orang-orang muda ini berpenampilan pucat dan sakit-sakitan dan tidak sempurna dalam kekuatan otot, sementara makanan mewah dari meja raja akan membuat sehat dan tampan dan akan meningkatkan aktifitas fisik dan mental.

Daniel meminta bahwa masalah itu akan diputuskan dengan sepuluh hari masa percobaan—orang-orang muda Ibrani ini selama waktu yang singkat diizinkan untuk memakan makanan sederhana, sementara teman-teman mereka mengambil bagian dari pilihan-pilihan raja. Permintaan itu akhirnya dikabulkan, dan kemudian Daniel merasa yakin bahwa dia akan memenangkan kasusnya. Walaupun masih muda, dia telah melihat akibat-akibat yang merusak dari minuman keras dan gaya hidup mewah terhadap kesehatan fisik dan mental.

Allah Mempertahankan Nama Baik Hamba-Nya

Pada akhir dari sepuluh hari itu, hasilnya ditemukan cukup berlawanan dengan perkiraan Melzar. Tidak hanya dalam penampilan, tetapi dalam kekuatan fisik dan mental, orang-orang yang terbiasa bertarak itu menunjukkan sebuah keunggulan di atas teman-teman mereka yang menyerah kepada selera. Sebagai hasil dari percobaan ini, Daniel dan teman-temannya diizinkan untuk melanjutkan makanan sederhana mereka selama masa pendidikan untuk menjalankan tugas-tugas kerajaan.

TUHAN memandang dengan persetujuan keteguhan dan penyangkalan diri dari anak-anak muda Ibrani ini, dan berkat-Nya menyertai mereka. Dia “memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi” (Daniel 1:17). Pada akhir masa pendidikan selama tiga tahun itu, ketika kemampuan dan kepandaian mereka diuji oleh raja, dia (raja) mendapati “bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya” (ayat 20).

Pengendalian Diri sebuah Kondisi dari Penyucian

Kehidupan Daniel adalah sebuah gambaran yang mengilhami dari apa yang merupakan sebuah tabiat yang disucikan. Dia menunjukkan sebuah pelajaran untuk semua, dan secara khusus bagi orang-orang muda. Sebuah kepatuhan yang sempurna kepada perintah-perintah Allah bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Untuk memperoleh standar pencapaian moral dan intelektual yang tertinggi, adalah perlu untuk mencari kebijaksanaan dan kekuatan dari Allah dan memelihara pertarakan yang teguh dalam segala kebiasaan hidup. Dalam pengalaman Daniel dan teman-temannya kita mempunyai sebuah contoh dari kemenangan prinsip terhadap penggodaan untuk menuruti nafsu makan. Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa melalui prinsip kesalehan orang-orang muda boleh menang terhadap nafsu daging dan tetap setia terhadap perintah-perintah Allah, walaupun hal itu menuntut pengorbanan besar dari mereka.

Bagaimana seandainya Daniel dan teman-temannya telah berkompromi dengan pejabat-pejabat kafir itu dan telah tunduk kepada tekanan keadaan dengan makanan dan minuman seperti kebiasaan orang-orang Babilon? Maka contoh tunggal dari meninggalkan prinsip itu akan melemahkan pengertian mereka terhadap kebenaran dan kejijikan mereka terhadap kesalahan. Pemuasan selera makan akan mengorbankan kesehatan jasmani, kebersihan pikiran, dan kekuatan rohani. Satu langkah salah akan mungkin menuntun kepada yang lain, hingga, hubungan mereka dengan Surga menjadi rusak, mereka akan dihanyutkan oleh penggodaan.

Allah telah berfirman, “Siapa yang menghormati Aku akan Kuhormati” (1 Samuel 2:30). Ketika Daniel bergantung kepada TUHAN-nya dengan iman yang tidak tergoyahkan, Roh kuasa bernubuat turun ke atasnya. Ketika dia diperintahkan oleh manusia dalam tugas-tugas kerajaan, dia diajar oleh Allah untuk membaca misteri masa depan dan mempersembahkannya bagi generasi-generasi yang akan datang, melalui lambang-lambang dan persamaan-persamaan, hal-hal ajaib yang akan terjadi pada akhir zaman.