Google

8.11.2006

Bab 10 - Tabiat Orang Kristen

Bab 10

Tabiat Orang Kristen

Tabiat orang Kristen dipertunjukkan dalam kehidupannya setiap hari. Kristus berkata, “Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik” (Matius 7:17). Juruselamat kita membandingkan diri-Nya dengan sebuah pokok anggur, yang mana para pengikut-Nya adalah ranting-rantingnya. Dia dengan jelas menyatakan bahwa semua yang mau menjadi murid-Nya harus menghasilkan buah; dan kemudian Dia menunjukkan bagaimana mereka boleh menjadi ranting yang berbuah. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yohanes 15:4).

Rasul Paulus menggambarkan buah yang dihasilkan orang Kristen. Dia berkata bahwa itu adalah “kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9). Dan kembali, “Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22, 23). Berkat-berkat yang mulia ini tidak lain adalah prinsip-prinsip hukum TUHAN yang ditunjukkan di dalam kehidupan.

Hukum Allah adalah satu-satunya standar kesempurnaan moral. Hukum itu secara praktis ditunjukkan dalam kehidupan Kristus. Dia berkata tentang diri-Nya sendiri, “Aku menuruti perintah Bapa-Ku” (Yohanes 15:10). Tidak ada yang kurang dari penurutan ini untuk memenuhi tuntutan-tuntutan firman Allah. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6). Kita tidak dapat membela diri dengan mengatakan bahwa kita tidak mampu melakukan ini, karena kita memiliki jaminan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Korintus 12:9). Ketika kita melihat cermin ilahi itu, hukum TUHAN, kita melihat kebejatan yang sangat dari dosa, dan keadaan kita yang hilang sebagai pelanggar-pelanggar. Tetapi oleh pertobatan dan iman kita dibenarkan di hadapan Allah, dan melalui kasih karunia ilahi dimampukan untuk menghidupkan penurutan atas perintah-perintah-Nya.

Kasih kepada Allah dan Manusia

Orang-orang yang benar-benar mengasihi Allah akan mewujudkan sebuah kerinduan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kehendak-Nya dan melakukannya. Rasul Yohanes berkata, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya” (1 Yohanes 5:3). Anak yang mengasihi orang tuanya akan menunjukkan kasih itu melalui kerelaan menurut; tetapi anak yang mementingkan diri, tidak tahu berterimakasih, berusaha untuk sesedikit mungkin melakukan sesuatu untuk orang tuanya, sementara pada saat yang sama dia malah menginginkan semua keistimewaan yang diberikan kepada anak-anak yang menurut dan setia. Perbedaan yang sama terlihat di antara orang-orang yang mengaku menjadi anak-anak Allah. Banyak yang tahu bahwa mereka adalah sasaran kasih dan pemeliharaan-Nya, dan yang ingin menerima berkat-berkat-Nya, namun tidak suka melakukan kehendak-Nya. Mereka memandang tuntutan-tuntutan TUHAN atas mereka seperti sebuah kendali yang tidak menyenangkan, perintah-perintah-Nya sebagai sebuah kuk yang menyedihkan. Tetapi dia yang benar-benar mencari kesucian hati dan hidup, menyukai hukum Allah, dan hanya bersedih jika ia gagal memenuhi perintah-perintahnya.

Kita diperintahkan untuk mengasihi satu dengan yang lain sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Dia telah mewujudkan kasih-Nya dengan mempersembahkan hidup-Nya untuk menebus kita. Murid yang kekasih itu berkata bahwa kita harus rela mempersembahkan hidup kita demi saudara-saudara ktia. Karena, “setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya” (ayat 1). Jika kita mengasihi Kristus, kita akan mengasihi orang yang menyerupai Dia di dalam kehidupan dan tabiat. Dan bukan hanya itu, tetapi kita akan mengasihi orang-orang yang “tanpa pengharapan” dan “tanpa Allah di dalam dunia” (Efesus 2:12). Adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa sehingga Kristus meninggalkan rumah-Nya di surga dan turun ke dunia untuk menderita dan mati. Untuk inilah Dia bekerja keras, menderita dan berdoa, hingga, disakiti dan ditinggalkan oleh orang-orang yang ingin diselamatkan-Nya, Dia mencurahkan hidupnya di Kalvari.

Meniru Sang Teladan

Banyak bersembunyi dari kehidupan yang dihidupkan oleh Juruselamat. Mereka merasa bahwa menuntut telalu banyak pengorbanan untuk meniru Sang Teladan itu, untuk menghasilkan buah dalam perbuatan-perbuatan baik, dan kemudian dengan sabar menanggung pemangkasan yang TUHAN lakukan agar mereka boleh berbuah lebih banyak lagi. Tetapi ketika orang Kristen menganggap diri mereka hanyalah sebuah perkakas hina di tangan Kristus, dan berusaha keras untuk dengan setia melakukan setiap tugas, bergantung pada pertolongan yang Allah telah janjikan, maka dia akan memikul kuk dari Kristus dan mendapati kuk itu mudah; kemudian dia akan memikul beban Kristus, dan menyatakannya ringan. Dia dapat menatap dengan keberanian dan keyakinan, dan berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari TUHAN” (2 Timotius 1:12).

Jika kita menemukan rintangan-rintangan pada jalan kita, dan dengan penuh iman mengalahkan mereka; jika kita menghadapi perlawanan dan celaan, dan di dalam nama Kristus memperoleh kemenangan; jika kita memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kita di dalam semangat Guru kita—maka, tentu saja, kita mendapatkan sebuah pengetahuan mulia tentang kesetiaan dan kuasa-Nya. Kita tidak lagi bergantung pada pengalaman orang lain, karena kita telah menyaksikannya sendiri. Seperti orang Samaria pada zaman dahulu kala, kita dapat berkata, “Kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yohanes 4:42).

Semakin kita merenungkan tabiat Kristus, dan semakin kita mengalami kuasa-Nya yang menyelamatkan, maka semakin jelas kita menyadari kelemahan dan ketidaksempurnaan kita, dan semakin sungguh-sungguh kita akan memandang Dia sebagai kekuatan dan Penebus kita. Kita tidak memiliki kuasa di dalam diri kita untuk menyucikan kaabah jiwa dari kecemarannya; tetapi ketika kita menyesali dosa-dosa kita terhadap Allah, dan mencari pengampunan melalui jasa-jasa Kristus, Dia akan menanamkan iman yang bekerja oleh kasih dan memurnikan hati. Oleh iman dalam Kristus dan penurutan terhadap hukum Allah kita boleh disucikan, dan memperoleh kecocokan dengan dengan masyarakat malaikat-malaikat suci dan jubah putih penebusan di dalam kerajaan kemuliaan.

Persatuan Dengan Kristus Adalah Hak Istimewa Kita

Itu bukan hanya hak istimewa tetapi tugas dari setiap orang Kristen untuk memelihara persatuan yang erat dengan Kristus dan untuk memiliki pengalaman yang kaya bersama Allah. Maka hidupnya akan berbuah dalam perbuatan-perbuatan baik. Kristus berkata, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak” (Yohanes 15:8). Ketika kita membaca kehidupan orang-orang yang terkenal karena kesalehan mereka, kita sering menganggap pengalaman-pengalaman dan pencapaian-pencapaian mereka sebagai sesuatu yang jauh dari jangkauan kita. Tetapi ini bukanlah alasan. Kristus mati untuk semua; dan kita di jamin dalam firman-Nya bahwa Dia sangat rindu untuk memberikan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang meminta-Nya lebih dari pada orang tua duniawi memberikan pemberian-pemberian yang baik kepada anak-anak mereka. Nabi-nabi dan rasul-rasul itu bukanlah tabiat Kristen yang sempurna oleh sebuah mujizat. Mereka mempergunakan alat-alat yang TUHAN telah tempatkan di dalam jangkauan mereka; dan semua orang yang mau melakukan usaha yang sama akan mendapatkan hasil yang sama.

Doa Paulus untuk Jemaat

Di dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus meletakkan di hadapan mereka “rahasia injil” (Efesus 6:19), “kekayaan Kristus yang tidak terduga” (Efesus 3:8), dan kemudian meyakinkan mereka akan doanya yang sungguh-sungguh untuk kesejahteraan rohani mereka:

“Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima nama-Nya. Aku berdoa, supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu, Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Efesus 3:14-19).

Dia menulis kepada saudara-saudaranya orang Korintus juga, “kepada… mereka yang dikuduskan di dalam Kristus Yesus…: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari TUHAN Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dikaruniakan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan satu karuniapun sementara kamu menantikan pernyataan TUHAN kita Yesus Kristus” (1 Korintus 1:2-7). Kata-kata ini ditujukan bukan hanya kepada jemaat di Korintus tetapi kepada semua umat TUHAN hingga kepada akhir zaman. Setiap orang Kristen boleh menikmati berkat penyucian.

Rasul itu melanjutkan dalam kata-kata ini: “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama TUHAN kita Yesus Kristus, supaya kamu seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (ayat 10). Paulus tidak akan memohon mereka untuk melakukan apa yang mustahil. Persatuan adalah hasil yang pasti dari kesempurnaan orang Kristen.

Di dalam surat kepada orang-orang Kolose juga dinyatakan hak istimewa yang mulia yang diberikan kepada anak-anak Allah. “Karena kami telah mendengar imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,…Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak TUHAN dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu” (Kolose 1:4-11).

Standar Kesucian

Rasul itu sendiri berusaha keras untuk mencapai standar kesucian yang sama yang dia nyatakan di hadapan saudara-saudaranya. Dia menulis kepada orang-orang di Filipi: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, TUHAN-ku, lebih mulia dari pada semuanya…. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya akhirnya aku beroleh kebangkitan di antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:7-14). Ada perbedaan yang sangat jelas antara bualan, pernyataan yang membenarkan diri dari orang-orang yang mengaku tidak berdosa, dan bahasa yang rendah hati dari rasul itu. Namun adalah kesucian dan kesetiaan dari hidupnya sendiri yang memberikan kuasa yang demikian ke atas nasehatnya untuk saudara-saudaranya.

Kehendak Allah

Paulus tidak ragu untuk menjalankan, pada setiap kesempatan yang sesuai, pentingnya tentang penyucian Alkitab. Dia berkata: “Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama TUHAN Yesus. Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1 Tesalonika 4:2,3). “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:12-15).

Dia meminta Titus untuk mengajarkan jemaat itu bahwa sementara mereka harus percaya kepada jasa-jasa Kristus untuk keselamatan, karunia ilahi yang bersemayam di hati mereka akan menuntun kepada perbuatan iman dari semua tugas-tugas kehidupan. “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah-lembut terhadap semua orang… Perkataan ini benar, dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Titus 3:1-8).

Paulus berusaha mengesankan pikiran kita fakta bahwa dasar dari semua pelayanan yang dapat diterima oleh Allah, sebagaimana juga puncak kebaikan-kebaikan orang Kristen, adalah kasih; dan hanya dalam jiwa di mana kasih memerintahlah damai yang berasal dari Allah akan tinggal. “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti TUHAN telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyain rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama TUHAN Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kolose 3:12-17).