Google

2.17.2006

Bab 3 - Pengendalian Selera dan Nafsu

Kehidupan Yang Disucikan – Bab 3

Pengendalian Selera dan Nafsu

“Menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging, yang berjuang melawan jiwa,” adalah bahasa rasul Petrus (1 Petrus 2:11). Banyak yang memandang ayat ini sebagai sebuah amaran terhadap ketidakbermoralan saja, tetapi dia memiliki arti yang lebih luas. Dia melarang setiap pemuasan selera atau nafsu yang berbahaya. Biarlah tidak seorangpun yang mengaku saleh melalaikan kesehatan tubuh, dan menyanjung diri mereka dengan menganggap ketidakbertarakan bukanlah dosa, dan tidak akan mempengaruhi kerohanian mereka. Ada sebuah hubungan yang erat antara sifat alamiah tubuh dan moral. Segala kebiasaan yang tidak meningkatkan kesehatan merendahkan kecakapan yang lebih tinggi dan lebih mulia. Kebiasaan makan dan minum yang salah menuntun kepada kesalahan dalam pemikiran dan tindakan. Pemuasan selera memperkuat kecenderungan-kecenderungan hewani, membuat mereka berkuasa atas kekuatan mental dan rohani.

Adalah tidak mungkin bagi siapapun untuk menikmati berkat penyucian sementara mereka bersikap mementingkan diri dan rakus. Banyak keluh kesah di bawah tekanan beban kelemahan-kelemahan karena kebiasaan-kebiasaan makan dan minum yang salah, yang melanggar hukum-hukum kehidupan dan kesehatan. Mereka melemahkan organ pencernaan mereka dengan menuruti selerah yang jahat. Kekuatan tubuh manusia untuk melawan penyalahgunaan terhadapnya sangat bagus, namun kebiasaan-kebiasaan salah yang terus-menerus dalam makan dan minum yang berlebihan akan melemahkan setiap fungsi tubuh. Dalam memuaskan selera dan nafsu mereka yang jahat, bahkan orang-orang Kristen yang bersungguh-sungguh pun dapat menyebabkan alam menjadi pincang dalam usahanya membentuk daya fisik, mental dan moral yang kuat dalam diri kita. Biarlah mereka yang lemah dalam soal ini memikirkan betapa mereka bisa menjadi suatu kuasa yang berpengaruh untuk kebaikan seandainya mereka telah menghidupkan kehidupan yang bertarak dan mempromosikan kesehatan gantinya melecehkannya.

Bukan sebuah Norma yang Tidak Mungkin

Ketika Paulus menulis, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya” (1 Tesalonika 5:23), dia tidak mendesak saudara-saudaranya untuk menuju pada sebuah norma yang tidak mungkin untuk mereka raih; dia tidak berdoa agar mereka boleh menerima berkat yang Allah tidak berkenaan untuk berikan. Dia mengetahui bahwa semua orang yang bersedia untuk bertemu Kristus di dalam damai harus memiliki sebuah tabiat yang murni dan suci. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh satu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh satu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:25-27). “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19,20).

Sebuah Persembahan Yang Tidak Tercemar

Kembali, rasul menulis kepada umat percaya, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Petunjuk-petunjuk yang jelas diberikan kepada bangsa Israel purba bahwa hewan yang sakit atau cacat tidak boleh dipersembahkan kepada Allah. Hanya yang paling sempurna dipilih untuk tujuan ini. TUHAN, melalui nabi Maleakhi, sering kali menegur umat-Nya karena menyimpang dari perintah-perintah ini.

“Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? Firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: “Meja TUHAN boleh dihinakan!” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenaan kepadamu, apa lagi menyambut engkau dengan baik? Firman TUHAN semesta alam…. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenaankah aku menerimanya dari tanganmu? Firman TUHAN” (Maleakhi 1:6-13).

Walaupun ditujukan kepada bangsa Israel purba, firman ini berisi sebuah pelajaran bagi umat TUHAN pada zaman ini. Ketika rasul mengajak saudara-saudaranya untuk mempersembahkan tubuh mereka “sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah,” dia mengajukan prinsip-prinsip dari penyucian yang benar. Dia bukan sekedar teori belaka, sebuah perasaan, atau sebuah bentuk dari kata-kata, tetapi sebuah kehidupan, prinsip-prinsip aktif, masuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dia menuntut bahwa kebiasaan-kebiasaan makan, minum, dan berpakaian kita menjadi benar-benar untuk mendapatkan penjagaan kesehatan fisik, mental dan moral, sehingga kita boleh mempersembahkan tubuh kita kepada TUHAN, bukan sebuah persembahan yang dirusakkan oleh kebiasaan-kebiasaan salah, namun “sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah”.

Zat-Zat Perangsang dan Narkotika

Nasehat Petrus untuk menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging adalah amaran yang sangat langsung dan memaksa terhadap penggunaan segala bahan-bahan perangsang dan narkotika seperti the, kopi, tembakau, alkohol, dan morfin. Kegemaran-kegemaran terhadap bahan-bahan ini dapat digolongkan kepada keinginan-keinginan daging yang mendesak sebuah pengaruh jahat ke atas tabiat moral. Semakin dini kebiasaan-kebiasaan merusak ini dibentuk, semakin kuat mereka mencengkeram korbannya di dalam perbudakan nafsu, dan semakin pasti mereka akan merendahkan norma kerohanian.

Pelajaran Alkitab akan lemah sekali pengaruh dan kesannya kepada mereka yang jiwa raganya dibebalkan oleh pemuasan nafsu diri. Ribuan orang akan mengorbankan bukan hanya kesehatan dan hidup tetapi juga pengharapan mereka akan surga sebelum mereka mau berperang melawan selera-selera mereka yang jahat. Seorang wanita yang selama bertahun-tahun menyatakan dirinya telah disucikan, membuat pernyataan bahwa jika dia harus meninggalkan pipa tembakaunya atau surga, maka dia akan berkata, “Selamat tinggal, surga; Aku tidak dapat mengalahkan kecintaanku kepada pipaku.” Berhala ini telah dikeramatkan di dalam jiwa, menginggalkan tempat yang lebih rendah bagi Yesus. Namun wanita ini menyatakan dirinya sepenuhnya milik TUHAN!

Keinginan-Keinginan Yang Berjuang Melawan Jiwa

Dimanapun mereka berada, orang-orang yang sungguh-sungguh disucikan akan meninggikan standar moral dengan memelihara kebiasaan-kebiasaan jasmani yang benar, dan, seperti Daniel, mempersembahkan kepada orang lain sebuah teladan pertarakan dan penyangkalan diri. Setiap selera yang bejad menjadi sebuah keinginan yang diperangi. Segala hal yang bertentangan dengan hukum alam menciptakan sebuah keadaan sakit bagi jiwa. Penurutan selera menghasilkan sebuah pencernaan yang terganggu, sebuah hati yang lamban, sebuah otak yang keruh, dan dengan demikian merusak tabiat dan roh manusia itu. Dan hal-hal ini melemahkan kekuatan yang dipersembahkan kepada TUHAN, yang menolak untuk menerima korban-korban untuk persembahan kecuali mereka tanpa sebuah cacad! Adalah tugas kita untuk membawa selera-selera dan kebiasaan-kebiasaan hidup kita ke dalam keselarasan dengan hukum alam. Jika tubuh yang dipersembahkan di atas mezbah Kristus diperiksa dengan sangat teliti seperti yang dilakukan pada hewan-hewan kurban bangsa Yahudi, siapakah yang akan diterima?

Dengan perawatan apakah orang-orang Kristen harus mengatur kebiasaan-kebiasaan mereka, sehingga mereka boleh menjaga kekuatan penuh dari setiap indera yang diberikan untuk melayani Kristus. Jika kita mau disucikan, dalam jiwa, tubuh dan roh, kita harus hidup dalam kesesuaian terhadap hukum ilahi. Hati tidak dapat menjaga pengabdian kepada Allah sementara selera-selera dan nafsu-nafsu dituruti dengan mengorbankan kesehatan dan kehidupan. Orang-orang yang melanggar hukum-hukum di mana kesehatan bergantung, harus menderita hukuman. Mereka telah membuat kemampuan mereka begitu terbatas dari setiap sehingga tidak dapat dengan layak melaksanakan tugas-tugas mereka kepada sesama mereka manusia, dan mereka sama sekali tidak dapat memenuhi tuntutan Allah. 30

Ketika Lord Palmerston, perdana menteri Inggris, dimohonkan oleh pendeta Skotlandia untuk menentukan sebuah hari berpuasa dan berdoa untuk mencegah kolera, dia menjawab permohonan itu, “Bersihkan dan sucihamakan jalanan dan rumah-rumah kalian, tingkatkan kebersihan dan kesehatan di kalangan orang miskin, dan perhatikan apakah mereka memiliki cukup persediaan makanan dan pakaian yang baik, kerjakan langkah-langkah kebersihan secara menyeluruh, dan kalian tidak perlu perayaan khusus untuk berpuasa dan berdoa. TUHAN tidak akan mendengar doa kalian sementara tindakan pencegahan-pencegahan ini tidak dipedulikan.”

Paulus berkata, “Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2 Korintus 7:1). Dia mempersembahkan kemerdekaan yang dapat dinikmati oleh penyucian yang sejati sebagai dorongan bagi kita: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus… yang hidup tidak menurut daging, tetapi menurut Roh” (Roma 8:1-4). Dia menuntut orang-orang di Galatia, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Dia menamakan bentuk-bentuk dari keinginan daging—“penyembahan berhala, sihir, perseteruan, …kemabukan, pesta pora, dan sebagainya” (ayat 20, 21). Dan setelah menyebutkan buah-buah Roh, yang di antaranya adalah pertarakan (penguasaan diri), dia menambahkan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (ayat 24).

Tembakau

Yakobus berkata bahwa kebijaksanaan yang berasal dari surga adalah “pertama-tama murni” (Yakobus 3:17). Jika dia telah melihat saudara-saudaranya menggunakan tembakau, tidakkah dia akan menyembutkannya sebagai “dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan” (ayat 15)? Pada zaman terang Kristen ini, betapa sering bibir yang menyebutkan nama Kristus yang mulia itu dicemari oleh tembakau dan nafas yang dikotori oleh bau busuk. Tentu, jiwa yang dapat menikmati kecemaran seperti itu sudah pasti tercemar juga. Seperti saya pernah melihat orang-orang yang menyatakan diri telah menikmati berkat penyucian sepenuhnya, sementara mereka menjadi budak tembakau, mengotori segala sesuatu yang ada di sekitar mereka, saya memiliki pemikiran, bagaimana keadaan surga bila para pemakai tembakau ada di sana? Firman TUHAN secara jelas menyatakan bahwa “tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis” (Wahyu 21:27). Bagaimana, kemudian, orang-orang yang menuruti kebiasaan-kebiasaan najis ini bisa berharap untuk diterima di sana?

Orang-orang yang mengaku saleh mempersembahkan diri mereka di atas mezbah Setan dan membakar dupa tembakau kepada setan junjungannya. Apakah pernyataan ini kelihatan keras? Tentunya, persembahan di persembahkan kepada tuhan. Sebagaimana Allah adalah suci dan mulia, dan tidak akan menerima apapun yang tercemar dalam tabiatnya, Dia harus menolak pengorbanan yang mahal, najis, dan tidak suci ini; dengan demikian kita menyimpulkan bahwa Setan adalah orang yang menuntut penghormatan seperti ini.

Yesus mati untuk menyelamatkan manusia dari cengkeraman Setan. Dia datang untuk membebaskan kita melalui darah korban pendamaian-Nya. Manusia yang telah menjadi milik Yesus Kristus, dan yang tubuhnya adalah kaabah Roh Kudus, tidak akan diperbudak oleh kebiasaan merusak dari penggunaan tembakau. Kekuatannya adalah milik Kristus, yang telah membelinya dengan harga darah. Dia adalah milik TUHAN. Bagaimana, kemudian, dia bisa tidak merasa bersalah dalam membelanjakan uang yang setiap hari TUHAN percayakan untuk memenuhi sebuah selera yang tidak memiliki dasar di dalam alam? 32

Sebuah jumlah yang sangat besar dihambur-hamburkan setiap tahun untuk menuruti selera ini, sementara jiwa-jiwa mati terhadap firman kehidupan. Orang-orang yang mengaku Kristen merampas TUHAN dalam persepuluhan dan persembahan, sementara mereka mempersembahkan pada mezbah keinginan yang membinasakan, dalam penggunaan tembakau, lebih dari pada yang mereka beri untuk menolong orang-orang miskin atau menyediakan kebutuhan-kebutuhan dari pekerjaan TUHAN. Orang-orang yang sungguh-sungguh disucikan akan mengalahkan setiap keinginan yang merusak. Kemudian semua saluran-saluran pengeluaran yang tidak perlu ini akan diserahkan kepada perbendaharaan TUHAN, dan orang-orang Kristen akan memimpin dalam penyangkalan diri, pengorbanan diri, dan pengendalian diri (pertarakan). Kemudian mereka akan menjadi terang dunia.

Teh dan Kopi

Teh dan kopi, sebagaimana tembakau, memiliki sebuah akibat yang merusak kepada sistem syaraf. Teh adalah memabukkan. Walaupun rendah kadarnya, sifat efeknya sama seperti minuman beralkohol. Kopi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengaburkan kemampuan berpikir dan mematikan enerji. Dia tidak sekuat tembakau, tetapi memiliki efek yang mirip. Pendapat-pendapat yang melawan tembakau boleh juga didesakkan melawan penggunaan teh dan kopi.

Ketika orang-orang yang berada dalam kebiasaan penggunaan teh, kopi, tembakau, opium, atau minuman beralkohol dicabut dari menuruti kebiasaan diri, mereka menemukan tidak mungkin untuk ikut serta dengan penuh perhatian dan semangat dalam menyembah Allah. Karunia ilahi kelihatannya tidak berkuasa untuk menghidupkan atau mengangkat doa-doa mereka atau kesaksian-kesaksian mereka. Orang-orang yang mengaku Kristen ini harus memikirkan sumber dari kesenangan mereka. Apakah itu dari surga, atau dari dunia?

Kepada pengguna zat-zat perangsang, segala sesuatu kelihatannya hambar tanpa kegemaran yang mereka sayangi. Hal ini mematikan kemampuan perasaan baik tubuh dan pikiran dan membuatnya kurang peka terhadap pengaruh dari Roh Kudus. Jika dijauhkan dari zat-zat perangsang yang biasa dia pakai, dia merasakan kebutuhan tubuh dan jiwanya, bukan terhadap kebenaran, bukan terhadap kesucian, bukan terhadap hadirat Allah, tetapi terhadap berhala yang dia inginkan. Dalam kegemaran akan keinginan-keinginan daging, orang-orang yang mengaku Kristen setiap hari melemahkan kekuatan mereka, membuatnya tidak mungkin untuk memuliakan Allah.