Google

7.30.2006

Bab 6 - Doa-Doa Daniel

Bab 6

Doa-Doa Daniel

Pada waktu mendekati akhir tujuh puluh tahun masa penawanan, perhatian Daniel menjadi semakin besar terhadap nubuatan nabi Yeremia. Dia melihat bahwa waktunya telah sangat dekat ketika TUHAN akan memberikan umat pilihan-Nya kesempatan lain; dan dengan berpuasa, berkabung dan berdoa, dia meminta dengan sangat kepada TUHAN di surga demi bangsa Israel, dalam kata-kata ini: “Ah, TUHAN, Allah yang mahabesar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau, serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. (Daniel 9:4-6)


Daniel tidak menyatakan kesetiaan dirinya sendiri di hadapan Allah. Dari pada menyatakan dirinya suci dan mulia, nabi yang terhormat ini dengan kerendahan hati menyatakan dirinya dengan dosa-dosa besar bangsa Israel. Kebijaksanaan yang telah TUHAN tanamkan padanya jauh lebih kuat dari pada kebijaksanaan orang-orang besar di dunia seperti sinar matahari yang menyinari langit pada siang hari yang lebih terang dari pada bintang. Namun mendengarkan doa dari bibir orang ini sangat menyenangkan hati surga. Dengan kerendahan hati yang dalam, dengan air mata dan hati yang hancur, dia memohon untuk dirinya dan bangsanya. Dia membuka jiwanya di hadapan Allah, mengakui ketidaklayakannya dan mengakui kebesaran dan kemuliaan TUHAN.

Kesungguhsungguhan dan Semangat

Betapa kesungguhsungguhan dan semangat mewarnai permohonannya! Tangan iman itu menjangkau ke atas untuk menggenggam janji yang tidak pernah gagal dari Yang Mahatinggi itu. Jiwanya bergumul dalam penderitaan. Dan dia memiliki bukti bahwa doanya didengar. Dia tahu bahwa kemenangan ada di pihaknya. Jika kita sebagai manusia mau berdoa sebagaimana Daniel berdoa, dan bergumul sebagaimana dia bergumul, merendahkan jiwa kita di hadapan Allah, kita harus menyadari sebagai tanda jawaban atas permohonan kita sebagaimana yang diberikan kepada Daniel. Dengarkanlah bagaimana dia mengajukan kasusnya kepada majelis surga:

“Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu, dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya TUHAN, dengarlah! Ya TUHAN, ampunilah! Ya TUHAN, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!” (ayat 18, 19).

Hamba Allah itu berdoa memohon berkat Surga ke atas bangsanya dan pengetahuan yang lebih jelas untuk mengetahui kehendak Ilahi. Beban hatinya adalah untuk Israel, yang tidak, dalam arti yang paling keras, memelihara hukum Allah. Dia mengakui bahwa semua kemalangan yang menimpa mereka adalah akibat dari pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap hukum kudus. Dia berkata, “Kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik… Sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami” (Ayat 15, 16). Bangsa Yehuda telah kehilangan keistimewaannya, tabiat yang suci sebagai umat pilihan Allah. “Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi TUHAN sendiri” (ayat 17). Hati Daniel menghadap dengan penuh kerinduan kepada kaabah Allah yang hancur. Dia tahu bahwa kemakmurannya hanya dapat dipulihkan jika Israel bertobat dari pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum Allah, dan menjadi rendah hati, setia, dan menurut.

Jurukabar Surga

Ketika doa Daniel berlangsung, malaikat Gabriel turun dari surga untuk memberitahukan kepadanya bahwa permohonannya telah didengar dan dijawab. Malaikat yang kuat ini telah ditugaskan untuk memberikannya kecakapan dan khidmat—untuk membuka misteri masa depan di hadapannya. Maka, sementara dengan sungguh-sungguh menyelidiki untuk mengetahui dan memahami kebenaran, Daniel telah dibawa ke dalam persekutuan dengan jurukabar Surga.

Sebagai jawaban atas permohonannya, Daniel menerima bukan saja terang dan kebenaran yang paling dibutuhkannya dan bangsanya, tetapi sebuah penglihatan tentang kejadian-kejadian besar di masa depan, bahkan sampai kepada kedatangan Juruselamat dunia. Orang-orang yang menyatakan diri telah disucikan, sementara mereka tidak memiliki kerinduan untuk menyelidiki Kitab Suci atau bergumul bersama Allah di dalam doa agar memperoleh pengertian yang lebih jelas dari kebenaran Alkitab, tidak mengenal apa sebenarnya penyucian sejati itu.

Daniel berbicara bersama Allah. Surga terbuka di hadapannya. Tetapi kehormatan tertinggi yang diberikan kepadanya adalah hasil dari kerendahan hati dan kesungguh-sungguhannya dalam menyelidiki. Semua yang percaya sepenuh hati kepada firman TUHAN akan lapar dan haus terhadap sebuah pengetahuan tentang kehendak-Nya. Allah adalah penulis kebenaran. Dia menerangi pemahaman yang gelap dan memberikan kepada pikiran manusia kuasa untuk menggenggam dan memahami kebenaran yang telah dinyatakan-Nya.

Mencari Kebijaksanaan Dari TUHAN

Dari kejadian yang telah digambarkan, malaikat Gabriel menanamkan kepada Daniel semua perintah yang mampu dia terima. Beberapa tahun kemudian, bagaimanapun, nabi itu rindu untuk mempelajari lebih banyak pelajaran yang belum sepenuhnya dijelaskan, dan kembali meletakkan dirinya mencari terang dan kebijaksanaan dari Allah. “Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh. Makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh. Pada hari kedua puluh empat bulan pertama… kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari Ufas. Tubuhnya persis seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat. Matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak” (Daniel 10:2-6).

Gambaran ini mirip dengan yang diberikan oleh Yohanes ketika Kristus dinyatakan kepadanya di pulau Patmos. Orang yang muncul di hadapan Daniel itu tidak lain adalah Anak Allah. TUHAN kita datang bersama jurukabar surga yang lain untuk mengajarkan kepada Daniel apa yang akan terjadi pada hari-hari terakhir.

Kebenaran-kebenaran besar yang dinyatakan oleh Juruselamat dunia adalah untuk orang-orang yang mencari kebenaran seperti mencari harta yang terpendam. Daniel sudah lanjut usia. Kehidupannya telah berlalu di tengah-tengah pesona sebuah bangsa kafir, pikirannya dipenuhi dengan urusan-urusan dari sebuah kerajaan besar. Namun dia menyingkir dari segala masalah yang menerpa jiwanya di hadapan Allah, dan mencari sebuah pengetahuan tentang maksud-maksud Yang Mahatinggi. Dan sebagai jawaban atas permohonannya, terang dari surga disampaikan untuk orang-orang yang hidup pada hari-hari terakhir. Dengan kesungguhsungguhan yang demikian, maka, kita harus mencari Allah, sehingga Dia boleh membuka pengertian kita untuk memahami kebenaran-kebenaran yang diberikan kepada kita dari surga.

“Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari dan bersembunyi; demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku” (ayat 7, 8). Semua orang yang benar-benar disucikan akan mengalami pengalaman yang serupa. Semakin jelas pandangan mereka akan kebesaran, kemuliaan, dan kesempurnaan Kristus, akan semakin nyatalah mereka melihat kelemahan dan ketidaksempurnaan mereka sendiri. Mereka tidak akan punya kecenderungan untuk menyatakan diri tidak berdosa; karena apa yang kelihatan benar dan elok di dalam diri mereka akan, bila dibandingkan dengan kesucian dan kemuliaan Kristus, kelihatan hanya sebagai sesuatu yang memalukan dan jahat. Adalah ketika manusia terpisah dari Allah, ketika mereka memiliki pandangan yang sangat kabur tentang Kristus, sehingga mereka berkata, “Aku tidak berdosa; aku disucikan.”

Gabriel sekarang muncul di hadapan nabi itu, dan berkata kepadanya: “‘Daniel, engkau orang yang dikasihi, camkanlah firman yang kukatakan kepadamu, dan berdirilah pada kakimu, sebab sekarang aku diutus kepadamu.’ Ketika hal ini dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan gemetar. Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu dan aku datang oleh karena perkataanmu itu’” (ayat 11, 12).

Kehormatan Besar untuk Daniel

Betapa penghormatan yang besar ditunjukkan kepada Daniel oleh Penguasa Surga! Dia menghibur hamba-Nya yang ketakutan dan menyakinkannya bahwa doanya telah didengar di surga. Sebagai jawaban untuk permohonan yang sungguh-sungguh itu malaikat Gabriel dikirim untuk mempengaruhi hati raja Persia. Raja itu telah menolak bisikan-bisikan Roh Allah selama tiga minggu ketika Daniel berpuasa dan berdoa, tetapi Pangeran surga, sang Kerub, Mikhael, dikirim untuk mengubah hati raja yang keras kepala itu melakukan beberapa tindakan keputusan untuk menjawab doa Daniel.

“Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu. Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku…. dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan” (ayat 15-19). Dengan kekuatan Ilahinya dia menguatkan orang berintegritas dan beriman ini, untuk mendengar pekabaran yang dikirimkan kepadanya dari Allah.

Daniel adalah seorang hamba Yang Mahatinggi yang setia. Hidupnya yang panjang dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan baik untuk melayani TUHAN-nya. Kemurnian tabiatnya dan kesetiaannya yang tidak tergoyahkan hanya dapat disamakan dengan kerendahan hati dan penyesalannya yang mendalam karena dosa di hadapan Allah. Kita ulangi, Kehidupan Daniel adalah sebuah gambaran inspirasi tentang penyucian sejati.